Kisah Pergi Ke Mekah Dengan Kapal Dan Tantangan Lain Untuk Naik Haji Pada Zaman Bahela
Setelah dari India, mereka melanjutkan perjalanan dengan kapal ke Yaman. Jika beruntung, mereka mendapatkan kapal yang langsung menuju Jeddah. Rute ini bisa memakan waktu setengah tahun dalam sekali keberangkatan.
Kendala lain yang harus dihadapi jemaah haji adalah tenggelamnya kapal yang mereka bawa sehingga menyebabkan penumpang kapal tenggelam atau terdampar di pulau tersebut. Ada juga jemaah haji yang hartanya dirampok bajak laut atau bahkan hartanya dijarah oleh awak kapal itu sendiri sehingga niat untuk menunaikan haji kandas.
Ziarah dari Hindia Belanda mulai difasilitasi ketika Terusan Suez dibangun pada tahun 1869. Saat itu jumlah kapal uap yang berangkat dari Hindia Belanda menuju Jeddah semakin ramai. Tidak hanya mereka yang menunaikan ibadah haji, tetapi juga mereka yang tinggal di Mekkah.
Akibatnya, jumlah jemaah haji yang kembali ke Tanah Air lebih banyak dibandingkan yang berangkat. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah kolonial. Dikutip dari buku Encyclopaedie van Nederlandsch Indie karya EJ Brill dan Martius Nijhoff, penguasa di Hindia Belanda saat itu tidak bisa mengawasi aktivitas penduduk Hindia Belanda di luar ibadah haji.
Saat itu pemikiran Pan Islamisme di Timur Tengah sedang marak. Pemerintah Hindia Belanda khawatir ide-ide dari ide ini akan masuk ke wilayah jajahan dan menimbulkan gerakan perlawanan di masyarakat.
Terakhir, pemerintah Hindia Belanda membuka konsulat di Jeddah pada tahun 1872. Selain itu, pemerintah Hindia Belanda juga mulai menangani langsung proses haji, mulai dari pemberangkatan hingga pemulangan ke Tanah Air.