Pakar PBB : Sebanyak 75 Anak Tewas dan 1.000 Lainnya Ditahan Sejak Kudeta di Myanmar
Pada hari Jumat, situs berita Myanmar Now juga melaporkan bahwa dua anak di bawah umur, berusia 12 dan 15 tahun termasuk di antara tujuh penduduk desa dari kotapraja Sintgaing di wilayah Mandalay, yang ditahan dan didakwa memiliki bahan peledak.
Para ahli juga menyuarakan keprihatinan mendalam tentang gangguan yang cukup besar dalam perawatan medis penting dan pendidikan sekolah di seluruh negeri. Akses ke air minum dan makanan yang aman untuk anak-anak di daerah pedesaan juga telah terganggu, kata mereka.
Mereka menunjukkan bahwa kantor hak asasi PBB telah menerima laporan yang kredibel bahwa pasukan keamanan menduduki rumah sakit, sekolah dan lembaga keagamaan di negara itu, yang kemudian dirusak dalam aksi militer. Mereka menyoroti angka-angka dari badan anak-anak PBB UNICEF yang menunjukkan bahwa satu juta anak di seluruh Myanmar kehilangan vaksin utama, sementara lebih dari 40.000 anak tidak lagi menerima perawatan yang mereka butuhkan untuk kekurangan gizi akut yang parah.
“Jika krisis ini berlanjut, seluruh generasi anak-anak berisiko menderita konsekuensi fisik, psikologis, emosional, pendidikan dan ekonomi yang mendalam, membuat mereka kehilangan masa depan yang sehat dan produktif,” Otani memperingatkan.
Pada hari Jumat, pemantau hak asasi manusia Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) di Myanmar melaporkan bahwa sejak kudeta pada bulan Februari, setidaknya 912 orang telah tewas, 6.770 telah ditangkap dan 5.277 saat ini ditahan atau dihukum sementara 1.963 buronan. pasukan keamanan.
Lonjakan COVID-19