Hakim Perempuan Menjadi Incaran Para Penjahat di Afghanistan Setelah Taliban Membebaskan Mereka: Kami Akan Mengejar Anda
RIAU24.COM - Seorang hakim wanita Afghanistan menceritakan bagaimana dia diburu oleh pria yang pernah dipenjara, sekarang dibebaskan oleh pejuang Taliban yang mengambil alih negara itu. Padahal hakim wanita tersebut kini berada di Eropa.
"Empat atau lima anggota Taliban datang dan bertanya kepada orang-orang di rumah saya. 'Di mana hakim wanita ini?' Ini adalah orang-orang yang saya masukkan ke penjara." Katanya, seperti yang dikutip dari reuters.
Setelah menggulingkan Kabul dan mengklaim kemenangan, kelompok Taliban membebaskan banyak tahanan di seluruh negeri.
"Ini benar-benar membahayakan nyawa hakim perempuan," kata hakim Afghanistan tersebut.
Dia mengatakan yang menjadi kekhawatirannya saat ini adalah keselamatan keluarganya yang masih berada di Afghanistan.
"Mereka (keluarga saya) mengatakan bahwa mereka sangat ketakutan akibat teror total. Mereka memberi tahu saya jika mereka tidak diselamatkan, hidup mereka dalam bahaya langsung," ujarnya.
Hakim perempuan ini melarikan diri dengan bantuan sekelompok sukarelawan hak asasi manusia dan rekan asing di International Association of Women Judges (IAWJ).
Horia Mosadiq, seorang aktivis hak asasi manusia Afghanistan mengatakan, saat-saat ini beberapa kelompok menjadi sasaran Taliban, seperti hakim dan pembela hak asasi perempuan.
"Tahanan yang dibebaskan menelepon dengan ancaman pembunuhan kepada hakim wanita, jaksa wanita, dan petugas polisi wanita, mengatakan 'kami akan mengejar Anda'," katanya.
Perempuan yang bekerja di bidang keadilan telah menjadi target profil tinggi sebelumnya. Dua wanita hakim Mahkamah Agung ditembak mati oleh pria bersenjata tak dikenal pada bulan Januari.
Afganistan memiliki sekitar 250 hakim wanita. Beberapa berhasil melarikan diri dalam beberapa pekan terakhir, tetapi sebagian besar tertinggal dan masih berusaha keluar, kata rekan dan aktivis internasional yang telah membentuk jaringan yang bekerja sepanjang waktu untuk membantu mereka melarikan diri.