Cerita Anak Karyawan RAPP yang Meneruskan Tongkat Estafet Orang Tuanya
RIAU24.COM - PT Riau Andalan Pulp and Paper atau RAPP merupakan perusahaan besar yang bergerak di bidang produksi kertas di Indonesia.
Hal tersebut membuat PT RAPP menjadi salah satu perusahaan yang banyak diincar oleh para pencari kerja di Indonesia.
Oleh sebab itu, RAPP selalu membuka kesempatan bagi siapa saja yang berkompeten untuk bergabung dengan perusahaannya, termasuk para second generation.
Second generation atau generasi kedua, adalah para karyawan muda RAPP yang seperti orang tuannya mendapat kesempatan untuk bergabung dengan perusahaan.
Seperti yang dialami oleh Muhammad Ingga Satria (25), Rommy Endrawan (24), dan Eny Chairany (33). Walaupun merupakan anak dari karyawan RAPP, ketiga second generation ini tetap menjalani proses seleksi selayaknya calon karyawan lain yang ingin bergabung.
Sebagai anak dari karyawan RAPP, ketiganya telah dekat dengan perusahaan ini. Sejak kecil, baik Ingga, Rommy, dan juga Eny telah merasakan berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh RAPP.
Meski demikian, awalnya mereka sempat berpikir untuk bekerja di tempat lain. Namun pada akhirnya ketiganya pun memutuskan untuk berlabuh di perusahaan yang berpusat di Pangkalan Kerinci, Riau ini.
“Kebetulan keluarga besar dari ibu rata-rata polisi, dan Rommy kebetulan cucu pertama laki-laki, diharapkan melanjutkan jadi polisi. Tapi mungkin takdir berkata lain. Sempat nganggur setahun karena fokus di polisi, gagal di pantukhir, jadi lanjut kuliah,” cerita Rommy Endrawan atau Rommy yang kini menjabat di posisi Application Development.
“Jadi kebetulan waktu SMA saya ikut olimpiade matematika, dan pembimbing saya ngasih undangan dari Tanoto Foundation untuk dikuliahkan ke Bandung, saya ikut. Dan, Alhamdulillah saya masuk,” tutur Muhammad Ingga Satria atau Ingga, yang kini tengah menjabat sebagai DCS (Distribusi Control System) PM (Paper Machine) 3, tentang perkenalannya dengan RAPP.
Mengemban tugas sekaligus menjaga nama baik orang tua pastinya bukanlah hal yang mudah. Sebagai second generation, ketiganya pun dibayang-bayangi oleh sosok orang tua yang telah lama mengabdi di RAPP.
Lalu, apakah ada beban tersendiri, atau malah menjadi sebuah kebanggaan?
“Jadi kalo di sini (RAPP) sangat berkomitmen, kalau tidak pantas untuk join di sini tidak akan diterima. Jadi bukan karena siapa bapaknya atau anak siapa. Di sini fair, dia bisa ayo lanjut, kalo dia enggak bisa kita harus cari yang sesuai. Jadi tidak minder, sangat bangga malahan,” jelas Rommy.
Dipercaya untuk mengemban tugas oleh RAPP membuat ketiga second generation ini terus berinovasi dan meningkatkan kinerjanya. Hal itu tidak hanya dilakukan untuk perusahaan, tetapi juga untuk membuktikan diri bahwa mereka berkompeten, dan berhasil masuk bukan hanya karena label “anak karyawan” belaka.
“Improvement itu adalah hal wajib, kalau tidak ada improvement sebentar lagi akan gagal, tidak ada kesuksesan yang bisa diraih. Setiap hari mikir gitu, kalau sekarang sudah beres, besok apalagi masalah yang bisa improve ke depannya,” jelas Eny.
Terakhir, para second generation pun tidak lupa untuk memberikan harapannya kepada RAPP.
“Untuk perusahaan, terus menjadi bermanfaat untuk karyawannya, warga sekitar dan terus ciptakan sesuatu yang membuat keuntungan bagi masyarakat. Teruslah menjadi bermanfaat bagi sekitarnya,” tutup Ingga.