Dalih 'Islam Radikal' Lagi-lagi Jadi Senjata Bagi Prancis untuk Siratkan Islamophobia, Akan Tutup Masjid Akhir Tahun Ini
RIAU24.COM - Prancis mengumumkan rencananya untuk menutup tujuh masjid di seluruh negeri pada akhir 2021 dengan dalih radikalisme, Selasa (26/10).
zxc1
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, mengatakan bahwa masjid di kota Allonnes di barat laut Prancis sudah ditutup selama enam bulan dengan alasan Islam radikal. Dia mengatakan rekening bank pengurus masjid juga disita.
“Khotbah yang disebarkan di masjid ini menumbuhkan kebencian terhadap Prancis,” tulis Darmanin di Twitter.
zxc2
Jumlah insiden Islamofobia di Prancis meningkat tajam tahun lalu. Menurut Observatorium Nasional Islamofobia, ada 235 serangan terhadap Muslim di Prancis pada 2020, naik dari 154 dari tahun sebelumnya, melonjak hingga 53%.
Sementara Presiden Prancis, Emmanuel Macron, kerap panen kecaman atas ucapan-ucapannya yang menjurus ke Islamophobia. Hal itu terjadi lagi pada Agustus lalu.
“Meskipun kami telah mengalahkan kekhalifahan teritorial Daesh, pertempuran melawan terorisme Islam belum berakhir,” katanya dalam tweet yang banyak dikritik oleh umat Islam di seluruh dunia.
Macron juga sebelumnya mengatakan bahwa dia tidak akan mencegah penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad dengan dalih kebebasan berekspresi, sebuah pernyataan yang memicu kemarahan di dunia Arab dan Muslim.
“Berkali-kali kita telah melihat pihak berwenang Prancis menggunakan konsep 'radikalisasi' atau 'Islam radikal' yang tidak jelas untuk membenarkan penerapan tindakan tanpa dasar yang sah, yang berisiko mengarah pada diskriminasi dalam penerapannya terhadap Muslim dan kelompok minoritas lainnya,” kata peneliti Amnesty International Eropa, Marco Perolini.