Batik Jalur Andalan Peluang Usaha Menjanjikan Dari Kuantan Singingi
RIAU24.COM - Muharimin (39) begitu cekatan memainkan lilin malam diatas bentangan kain, mengikuti sketsa abstrak bercorak kuning keemasan. Sesekali ia menyibakkan rambut hitamnya, karena menutupi pandangan yang tersita pada hamparan kain batik dihadapannya.
Bermula April 2017, Muharimin bersama Pengrajin Batik Jalur Andalan binaan PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), membuka rumah batik beralamat di Simpang Tanah Lapang, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
“Saat masih berada di Yogyakarta, jiwa saya tergilitik untuk memulai sesuatu yang dapat direfleksikan dalam bentuk karya seni. Namun, belum tahu karya seperti apa yang tepat untuk ditekuni, hingga suatu ketika ada kesempatan belajar membatik yang diprakarsai PT RAPP,” kenang ayah dua anak ini.
Bergabung dengan Rumah Batik Bono Binaan PT RAPP, Muharimin tak menyia-nyiakan waktu untuk belajar seluk beluk kain batik, hingga ia memiliki kompetensi sebagai pengrajin.
“Banyak hal diperoleh selama mengikuti pelatihan. Selain diarahkan menjadi pembatik profesional, saya juga diberi pemahaman dari sisi pengembangan manajemen usaha mikro berbasis home industri, dan ini sangat menguntungkan saya sebagai wirausaha yang sebelumnya tidak memiliki pengetahuan tata kelola usaha,” kenang Muharimin.
Bagi Muharimin, membantik tidak hanya sekedar untuk mendapatkan keuntungan ekonomi saja, lebih dari itu, melalui motif hasil karyanya yang memiliki konsep dasar kultur dan muatan lokal, ia berharap akan menjadi ikon atau identitas Negeri Kuantan Singingi.
“Disamping sebagai peluang usaha ekonomi kreatif, keberadaan Batik Jalur Andalan diharapkan dapat menjadi warisan budaya bagi anak cucu kelak,” ujar Muharimin.
Mantan karyawan salah satu perusahaan swasta ini, tidak menafikan bila awal ia menekuni usaha memiliki kendala dalam permodalan. Bersama pengrajin rumah batik yang ada di Kecamatan Kuantan Hilir, mereka mencoba untuk bermitra dengan salah satu bank swasta.
“Setelah memperoleh modal kita mulai produksi, namun kendala lain muncul saat harus memasarkan produk yang dihasilkan. Akhirnya usaha rumah batik sempat pasang surut,” ungkap Muharimin.
Orderan berlahan mulai meningkat setelah Camat Kuantan Hilir, John Pite Alsi, memberikan dukungan. “Saya ingat sekali saat Pak Camat meminta seluruh lurah dan kepala desa di Kuantan Hilir memesan Batik Jalur Andalan hingga akhirnya usaha kami mulai dikenal masyarakat ramai. Bahkan Pak Camat meminta agar saya membuat motif khas Kuantan Hilir yang saat ini dikenal dengan nama Tugu Basogha,” ujarnya.
Muharimin bersama Wisatawan yang ikut membeli batik di rumah batik andalan
Secara kebijakan, John Pite Alsi mewajibkan seluruh aparatur kecamatan dan desa menggunakan baju Batik Kuansing dan menghimbau membeli Batik Jalur Andalan guna mendorong dan membangkitkan usaha Muharimin.
“Jika bukan kita yang menginisiasi untuk mendorong usaha lokal dengan mewajibkan baju seragam ASN dan aparatur desa, siapa lagi? Upaya ini secara langsung turut mempromosikan produk lokal kepada pihak luar, ini ada Batik Kuansing dengan motif daerah Tugu Basogha yang menjadi ikon Kecamatan Kuantan Hilir,” paparnya.
Apalagi saat ini, menurut John melalui Peraturan Bupati Kuansing Nomor 36 Tahun 2021dan Surat Edaran Nomor 800/SE/1119 yang diteken Andi Putra, Perbu dan surat edaran tersebut salah satunya mengatur penggunaan seragam ASN dan honorer di Pemkab Kuansing tentang pelestarian dan penggunaan Batik Kuansing setiap Kamis.
Peraturan dan kebijakan tersebut telah membuka peluang besar bagi perkembangan usaha batik lokal, tidak terkecuali usaha batik Muharimin di Baserah.
“Sayapun gencar melakukan terobosan-terobosan, promosi melalui media sosial dan menggerakan bagaimana usaha ini dipromosikan secara digitalisasi untuk menembus pasar luar, selain itu, ke depan seluruh instansi dan sekolah di Kuantan Hilir dihimbau membeli batik Muharimin,” ujarnya.
Camat Kuantan Hilir Jhon Fitte Alsi AP bersama eks Bupati
Dijelaskan Muharimin, saat ini Batik Jalur Andalan telah eksis kembali, dan semuanya tidak terlepas dari peran serta semua pihak. Mulai dari Bupati dan Wakil Bupati beserta ibu, Ketua dan Wakil Ketua DPRD, Forkopimda, Dekranasda, Sekdakab beserta ASN, Kopdagrin, PT. RAPP baik yang berada di Perwakilan Kuansing maupun kantor pusat Pangkalan Kerinci, serta segala elemen masyarakat.
Berkat dukungan dan support yang diberikan kepada Kelompok Pengrajin Batik Jalur Andalan, kami mengucapkan terima kasih tak terhingga, dan tidak bisa pula kami sebutkan satu persatu. Tak lupa sekali kepada istri dan kedua anak-anak kami, yang tidak bosan-bosannya memberi semangat, mulai dari saat mengikuti pelatihan sampai berdirinya Kelompok Pengrajin Batik Jalur Andalan Binaan PT RAPP di Kuansing ini," jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Humas PT RAPP Perwakilan Kuansing, Maswir, bahwa Pengrajin Batik Jalur Andalan Binaan PT RAPP dibentuk dengan tujuan dapat meningkatan ekonomi kerakyatan di seputaran desa binaan operasional PT RAPP.
"Kita berkerjasama dengan Pemkab Kuansing, untuk menampilkan sebuah identitas yang bisa diandalkan, karena di Kuansing terkenal dengan Batik Jalur, sedangkan di Pelalawan terkenal dengan Batik Bono," ujar pria kelahiran Benai 54 tahun silam.
Ujar Maswir, mulai dari pelatihan pengrajin batik, pelatihan manajemen dan bantuan alat usaha berupa pembuatan batik serta pemasaran, termasuk pembelian batik dari para pengrajin hingga kini masih dilakukan PT RAPP.
"Setelah para Pengrajin Batik Jalur Andalan selesai mengikuti pelatihan, maka berdirilah Kelompok Rumah Batik Jalur Andalan di Kabupaten Kuantan Singingi. Yakni terdapat di Kecamatan Kuantan Hilir dengan nama" Batik Jalur " diketuai Muharimin, Kecamatan Gunung Toar dengan nama " Batik Nagori " diketuai Sura, dan Eli Anita, SPd, MPd memimpin Kelompok Batik Air Mas di Kecamatan Singingi," ujarnya memaparkan.
Kelompok Batik Kuansing saat dikunjungi petinggi PT RAPP.
Seiring dengan perkembangan home industri, pengrajin batik dipandang memiliki potensi sangat besar dan secara berkesinambungan perlu dilakukan pembinaan berkelanjutan, agar para pengrajin batik bisa berkembang lebih luas lagi.
Terkait dengan hal tersebut, Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Perdagangan dan Perindustrian (Kopdagrin) Kabupaten Kuantan Singingi, juga memberikan pelatihan terhadap kelompok pengrajin batik lainnya.
"Pada tahun 2019, Pemkab Kuansing melalui Dinas Kopdagrin, pernah mengadakan pelatihan membatik diikuti lima orang perwakilan setiap desa di Kecamatan Gunung Toar," ujar Kepala Dinas Koperasi UKM, Kopdagrin, Kabupaten Kuantan Singingi, Azhar.
Saat ini, pengrajin batik di Kuansing terdata ada 18 Kelompok Usaha Batik (KUB) yang tersebar pada lima kecamatan. Sementara, kantong- kantong kelompok pengrajin yang sudah memiliki nama, diantaranya kelompok Kecamatan Kuantan Hilir, Gunung Toar dan Singingi.
“Berbagai motif berkembang dari pengrajin, seperti motif Jalur, Perahu Baghanduang, Kuluak Paku, Pendayung Jalur, Pucuk Ubi, Sawit, Karet, Takuluak Barembai, Pucuk Rebung dan Carano. Hebatnya lagi, motif bisa diorder sesuai pesanan, karena batik kita masih Batik Tulis," ujar Azhar.
Disebutkan Azhar, bila dilihat dari sisi ekonomi, usaha para pengrajin batik Kuansing tidak pernah putus dan masih dalam pesanan, Sehingga para pengrajin belum sempat memajang batik di etalase atau untuk dijual secara umum, artinya intensitas batik masih cukup tinggi.
"Jika para pelaku batik mendapat order 50 lembar per harinya, dengan jumlah 21 KUB berarti ada sekitar 1.005 batik yang diproduksi setiap bulan," ujarnya.
Kadis Kopdagrin Drs Azhar MM CPM bersama batik Kuansing
Untuk harga batik dikatan Azhar sangat bervariasi, tergantung pada motif dan jenis kain yang dipesan pembeli. Misalnya, batik tulis dengan jenis Prima dipatok seharga Rp. 250.000/ lembar, Premisima Rp. 300.000/ lembar dan Katun Sutra Rp. 350.000/ lembar.
Namun untuk jenis kombinasi batik tulis dan cap, jenis Prima dipatok sekitar Rp. 225.000/ lembar, Premisima Rp. 275.000/ lembar dan Katun Sutra Rp. 325.000/ lembar.
Sedangkan batik cap harganya sedikit lebih murah, untuk jenis Prima dijual seharga Rp. 200.000 / batik dan Premisima Rp. 250.000, Katun Sutra Rp. 300.000. Sementara untuk bahan kain, pengrajin memperoleh melalui Asosiasi Pembatik Kuansing.
Tentu saja, usai mendapatkan pembinaan dalam bentuk pelatihan, setiap pengrajin wajib mengembangkan kemampuan diri agar dapat menciptakan kreasi batik berkualitas tinggi. “Nilai sebuah kompetensi pengrajin terletak pada proses melukis, memberi lilin atau proses mengunci, mewarnai, merebus, menjemur dan membaking,” imbuh Azhar.
Azhar yakin peluang bisnis Batik Kuansing sangat menjanjikan dan perlu dikembangkan lagi. Makanya pada Anggaran 2022 mendatang, Diskopdagrin kembali akan membuka pelatihan membatik sebanyak empat angkatan dengan jumlah peserta sekitar 40 orang per angkatan dengan masa pelatihan berkisar 14 hari dan akan dimulai Januari 2022 mendatang.
"Empat angkatan yang akan dibuka kita sebar di Kecamatan Kuantan Mudik, Kecamatan Gunung Toar, Hulu Kuantan dan Pucuk Rantau. Selanjutanya yang dipusatkan di Kecamatan Singingi akan diikuti Kecamatan Singingi Hilir dan Singingi, di Kecamatan Cerenti diikuti Kecamatan Inuman dan Cerenti. Di Kecamatan Pangean diikuti Kecamatan Logas Tanah Darat, Kuantan Hilir, Kuantan Hilir Seberang dan Pangean," ungkap Azhar.
“Kami sangat mendukung upaya Dekranasda Kuansing yang bertekad mengembangkan kerajinan Batik Jalur karena dapat menjadi nilai tambah bagi daerah, terutama untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Dari sisi lain, secara tidak langsung Batik Kuansing turut andil memperkenalkan Kuansing sebagai negeri jalur ke dunia lewat batik," ujar Azhar mengakhiri pembicaraan.**
Jenis jenis batik Kuansing