Kisah Pilu Jessa, Dijual Keluarganya Sejak Bocah untuk Dijadikan Budak Seks
RIAU24.COM - Kisah memilukan dialami Jessa Dillow Crisp. Dia dijual keluarganya sejak masih bocah untuk dijadikan budak seks. Wanita asal Kanada itu menceritakan, seorang fotografer diminta untuk mengambil gambarnya, kemudian ia dipaksa untuk berhubungan seks dengan orang asing demi uang. Ketika itu, Jessa tidak diperbolehkan untuk sekolah. Bahkan ia dipaksa untuk bekerja sebagai petugas hotel ketika siang dan dijual sebagai pekerja seks ketika malam.
''Aku selalu ingin sekolah. Melihat keluar jendela kamar tidur, ada sebuah SD di sana. Jadi kapan pun aku berdiri di jendela, aku selalu melihat sekolah dan selalu melihat anak-anak bermain. Aku diajarkan bahwa anak kecil tidak pergi sekolah. Tujuan mereka dalam hidup adalah digunakan untuk sek,'' katanya, dikutip dari detikcom yang melansir People Magazine. Setelah bertahun-tahun tersiksa sebagai budak seks, ia akhirnya bertemu seorang wanita asal Kansas, AS, yang menyadari bahwa Jessa mungkin butuh bantuan. Wanita itu menyelipkan nomor teleponnya, kemudian membantu Jessa keluar dari sana.
''Dia melihat tanda-tanda aku korban perdagangan manusia. Dia memberiku nomor telepon dan memintaku untuk menghafalnya,'' ujarnya.
''Pertama kali aku menelepon, aku di bawah tumpukan selimut hampir tidak berani bernapas kalau saja ada seseorang atau germoku yang mendengar. Panggilan pertama hanya berlangsung beberapa menit tapi dari percakapan buru-buru itu, wanita ini mengatakan kebenaran tentang hidupku dan beberapa perkataan negatif yang aku terima sejak kecil,'' sambungnya.
''Dia berkata padaku bahwa nilaiku bukanlah angka dollar terkait seks dan menjelaskan padaku masa depanku tidak harus dibangun oleh trauma yang terjadi padaku,'' ungkapnya kepada Global Citizen.
Dengan bantuan wanita itu, Jessa akhirnya bisa kabur lalu berlindung di sebuah penampungan di Colorado.
''Aku kabur tidak seperti cerita dongeng seperti film Disney, waktu itu sangat dipenuhi ketakutan dan berbulan-bulan persiapan. Aku takut akan hal-hal yang aku tidak ketahui, takut aku diburu oleh germo dan orang-orang yang menyiksaku, dan takut akan masa depan,'' ucapnya.
''Ditambah lagi aku juga merasakan kebebasan untuk pertama kali. Kebebasan bisa melihat langit biru dan tumbleweed mengapung di jalan ketika aku menuju rumah aman dan aku merasa matahari mencium wajahku. Perlahan seperti bunga mulai membuka kelopaknya kepada matahari, aku mulai melemah kepada orang-orang di sekitarku dan aku mulai membiarkan cinta masuk,'' katanya.
Wanita yang kini berusia 34 tahun itu tinggal di sana hingga visanya habis dan harus kembali ke Kanada. Sampai suatu hari, ia kembali mengalami pelecehan ketika seorang wanita yang mendekatinya menjebaknya untuk diperkosa sekumpulan pria. Kembali mengalami trauma, ia akhirnya kabur dan kembali ke Colorado kemudian dibantu untuk hidup di sana. Kini Jessa sudah hidup bebas. Ia bahkan bisa mengejar pendidikan dan lulus S1 di jurusan konseling klinis dengan IPK 4.0. Jessa kemudian diadopsi oleh sepasang suami istri yang ditemuinya di jalan menuju rumah aman.
Ia pun telah menikah dan membangun sebuah organisasi bersama yang dinamakan BridgeHope untuk membantu anak-anak yang diperdagangkan.
''Walau aku sudah melihat hal-hal yang seharusnya tidak pernah dilihat orang lain dan aku sudah merasakan hal-hal yang seharusnya tidak dialami orang lain, awalku tidak mendefinisikanku. Aku menolak kejahatan dari masa laluku menang. Malah kesakitanku punya tujuan sekarang,'' tutur Jessa.