Benarkah Nama Sutan Sjahrir Meredup Imbas Kekuatan Soekarno?
RIAU24.COM - Siapa yang tidak mengenal Sutan Sjahrir untuk urusan berdirinya Bangsa Indonesia?
Namanya begitu diperhitungkan karena memiliki andil besar dalam perjuangan kemerdekaan republik ini dikutip dari pinterpolitik.com.
Salah satunya ketika dirinya menjadi kunci dari pertemuan Perjanjian Linggarjati pada 25 Maret 1947. Sayang, nama Sjahrir tak lagi harum ketika dirinya sakit lalu meninggal dunia saat Soekarno berkuasa.
Semua bermula ketika Soekarno menuduh pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909 itu dalam upaya pembunuhan lewat bom di Jalan Cendrawasih, Makassar, pada tahun 1962. Sjahrir pun ditangkap.
Tak hanya itu, tuduhan juga dilayangkan kepada orang-orang Republik Persatuan Indonesia (RPI), yang merupakan terusan dari pemberontakan PRRI, dan berujung pada penangkapan tokoh-tokoh PSI dan Masyumi.
Ia ditahan dan kondisi stres dalam penjara membuat tekanan darah tingginya memburuk hingga terkena stroke saat berada di Rumah Tahanan Militer (RTM) Budi Utomo, Jakarta.
Apalagi, di sana, Sjahrir ditempatkan pada sebuah kamar yang lembap yang persis di sebelah toilet. Melihat kondisi seperti itu, Hatta sebagai kawan lama Soekarno dan Sjahrir tak tinggal diam.
Dia meyakinkan sang presiden lewat sepucuk surat bahwa kepercayaannya pada dugaan pemberontakan adalah salah.
Hatta menyebut bahwa Sjahrir memang tidak segan menjadi oposisi yang keras dalam berpolitik. Tetapi, untuk mengikuti cara teror, itu adalah hal yang tak mungkin. Sayang, Soekarno tak mengindahkannya.
Seiring berjalannya waktu, kesehatan Sjahrir terus memburuk. Hal ini diperparah dengan kiriman makanan dari rumah yang tidak diizinkan masuk.
Sjahrir juga pernah jatuh pingsan pada suatu malam dan para tentara penjaga tak kunjung memberikan bantuan medis karena harus memerlukan izin dari Jaksa Agung.
Barulah di pagi harinya ia dibawa ke dokter. Namun semuanya terlambat karena dia sudah tak lagi bisa bicara.
Mengetahui kondisi rekannya itu, Hasjim Ning, pengusaha dan sahabat Sjahrir dan Soekarno membawa Sjharir ke luar negeri untuk berobat.
Soekarno mengizinkannya dengan catatan: Jangan dibawa ke Belanda dan tetap sebagai tahanan politik. Ia lantas dibawa berobat pada 21 Juli 1965 ke Zurich, Swiss dan meninggal dunia pada 9 April 1966.