Tolak Kedatangan UAS, Pemerintah Singapura Ogah Minta Maaf
RIAU24.COM - Ustaz Abdul Somad (UAS) mendapat penolakan saat masuk ke Singapura. Duta Besar Singapura untuk Indonesia menegaskan bahwa posisi negaranya sudah jelas terkait penolakan tersebut.
Para pendukung UAS mendesak agar Singapura meminta maaf kepada sang penceramah. Namun Duta Besar Singapura menyatakan pernyataan yang dikeluarkan sudah jelas.
"Saya kira posisi kami sudah jelas dalam pernyataan MHA (Kementerian Dalam Negeri Singapura) pada17 Mei, dan penjabaran Menteri hari ini seperti diberitakan media,"tulis Anil melalui pesan singkatnya.
Saat jumpa pers di Singapura, Menteri Dalam Negeri dan Hukum, K Shanmugam membeberkan alasan kuat terkait dengan penolakan UAS ke Singapura.UAS disebut telah lama masuk dalam daftar radar pihak keamanan Singapura. Sejumlah warga telah diamankan karena kasus radikalisasi setelah menonton video dakwah penceramah tersebut.
Salah satunya adalah remaja berusia 17 tahun. Dia ditahan di bawah UU Keamanan Internal pada bulan Januari 2020. Remaja tersebut rajin menonton dakwah UAS di YouTube, terutama terkait bom bunuh diri. Akibatnya, dia meyakini bom bunuh diri adalah jihad.
"Dakwah Somad punya konsekuensi di dunia nyata," kata Shanmugam kepada wartawan di markas MHA.
Shanmungam pun menyoroti sikap dari para pendukung UAS yang radikal dan segera menyerang Singapura dengan berbagai ancaman di media sosial. Menurutnya, UAS benar-benar menggunakan media sosial secara maksimal untuk menyebarkan pandangannya.
Setelah adanya penolakan, para pendukung UAS langsung membanjiri halaman media sosial lembaga pemerintah Singapura, termasuk pejabat politik dan dirinya dengan berbagai ancaman. Mereka menyerukan ancaman seperti serangan siber situs pemerintah, media sosial, boikot Singapura dan agar orang Indonesia berhenti mengunjungi Singapura.
Ada pula yang mengancam untuk mengebom dan menghancurkan Singapura. "Singapura negara kecil, tapi arogan. Dengan satu misil ditembakkan dan kalian tamat," bunyi salah satu komentar pendukung UAS di Facebook yang disorot Shanmugam
Selain itu, sejumlah pendukung UAS bahkan mengancam akan mengirim tentara Islam dan menyerang Singapura seperti pada 11 September 2001 di New York.
"Semua karena kami menggunakan hak kami menolak seseorang masuk ke Singapura," kata Shanmugam seperti dikutip The Straits Times.
Shanmungham menuturkan bahwa Singapura tak menoleransi dan tak akan berpihak terhadap segala bentuk ujaran kebencian dan ideologi yang memecah belah. Perlakuan ini berlaku untuk setiap orang yang ingin masuk dan berada di Singapura.
"Itu tak ditujukan pada individu tertentu atau agama tertentu, atau kebangsaan tertentu. Posisi kami berlaku sama untuk semua orang," ungkap Shanmugam.
Dia pun mendesak warga Singapura untuk berhati-hati dan cerdas dalam hal pengkhotbah agama asing dan ajaran yang berpotensi memecah belah. "Terapkan penilaian Anda sendiri - Anda tahu apa yang membuat Singapura berhasil, Anda tahu apa yang baik untuk diri sendiri dan juga masyarakat," ujar Shanmugam.
"Semua orang bebas menjalankan agama mereka di sini. Setiap orang bebas untuk percaya pada Tuhan atau tidak percaya pada Tuhan, atau percaya pada tuhan mana pun yang mereka ingin percayai. Tapi kita tidak perlu melewati batas dan menyerang orang lain," paparnya menambahkan.
Saat ditanya apakah UAS berencana berdakwah di Singapura, Shanmugam mengatakan tak akan membiarkannya datang.
"Posisi kami sangat simpel. Orang seperti ini, kami tidak akan membiarkan mereka datang. Bahkan jika dia (UAS)dalam kunjungan pribadi, itu tidak menghalangi dia untuk mengatakan beberapa hal saat berada di sini, kan.Ini adalah hak kami untuk memutuskan apa yang dibutuhkan bagi keamanan negara kami," kata Shanmugam.
"Kami, Pemerintah, MHA, ISD (Departemen Keamanan Dalam Negeri), turun tangan ketika kami merasakan, menangkap, bahwa ada radikalisasi," katanya seperti dilansir The Straits Times.