Kisah Warga Sipil di Garis Tembak Saat Konflik Kembali ke Rakhine Myanmar
Lima hari kemudian, militer Myanmar menyerang desa itu lagi, kata Bu Wine, melukai setidaknya empat orang.
Setelah penembakan, semua orang di desa meninggalkan apa yang tersisa dari rumah mereka dan melarikan diri ke kota Kyauktaw.
Maung Ko Naing adalah salah satu dari setidaknya lima anak yang tewas sejak konflik antara Tentara Arakan bersenjata dan militer Myanmar dilanjutkan pada awal Juli, di tengah kerusuhan yang telah memburuk di seluruh negeri sejak para jenderal merebut kekuasaan dalam kudeta pada Februari tahun lalu.
Empat belas orang diperkirakan telah tewas hanya dalam waktu dua bulan sejak pertempuran dilanjutkan di Rakhine, negara bagian yang telah lama bermasalah di mana Rohingya yang sebagian besar Muslim diusir dalam tindakan keras militer brutal tahun 2017 yang sekarang menjadi subjek pengadilan genosida.
Perserikatan Bangsa-Bangsa di Myanmar mengatakan dalam sebuah pembaruan pada 1 Oktober bahwa situasi di Rakhine "menjadi perhatian khusus" karena sekitar 17.400 orang telah mengungsi sejak Agustus dan bantuan kemanusiaan sedang terganggu oleh pembatasan gerakan baru.
"Penggunaan senjata berat, serangan udara, ranjau darat, dan penembakan mortir telah terlihat di beberapa kotapraja," ungkap laporan PBB itu. "Di tengah kekhawatiran tentang ketegangan antar-komunal, penangkapan sewenang-wenang, serangan tanpa pandang bulu dan penghancuran properti pribadi, banyak orang telah meninggalkan desa mereka."