RIAU24.COM - Pengawas obat-obatan Australia pada hari Jumat mengumumkan bahwa pihak berwenang akan segera melegalkan zat psikedelik MDMA dan psilocybin, yang umumnya dikenal sebagai jamur ajaib dan ekstasi, untuk merawat pasien yang menderita depresi dan stres pascatrauma.

“Mulai Juli, psikiater akan bebas meresepkan kedua zat tersebut,” kata Therapeutic Goods Administration setelah menemukan bukti yang cukup untuk manfaat potensial pada pasien tertentu.

Kedua obat tersebut saat ini merupakan zat terlarang dan pihak berwenang hanya dapat menggunakannya dalam uji klinis yang dikontrol ketat.

Administrasi mengatakan bahwa obat-obatan itu ditemukan relatif aman ketika diberikan dalam pengaturan medis dan memberikan keadaan kesadaran yang berubah yang tampaknya membantu pasien.

Peneliti kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri dari University of South Australia, Mike Musker, menyambut baik langkah tersebut dan menyebut hal itu sudah lama ditunggu.

"Ada banyak orang di masyarakat yang mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) dan depresi, terutama veteran tentara dan orang-orang yang bekerja di layanan darurat, di mana obat psikiatri standar tidak bekerja dan tidak memberikan kesembuhan," katanya.

Musker menambahkan bahwa kedua obat tersebut mengurangi hambatan dan akan membantu orang memproses ingatan dan gambaran yang sulit.

Saat ini, penggunaan psilocybin dan MDMA akan tetap terbatas pada pengobatan pasien yang menderita depresi dan stres pascatrauma.

Namun, para advokat berharap bahwa suatu hari obat tersebut akan digunakan untuk mengobati gangguan makan, ketergantungan alkohol dan gangguan obsesif-kompulsif.

Masyarakat adat telah menggunakan psikedelik selama ribuan tahun, namun peneliti barat mulai memahami potensi penggunaan obat ini pada pertengahan abad lalu.

Narkoba dipandang sebagai simbol gerakan kontra-budaya tahun 1960-an dan dilarang.

Pihak berwenang di Amerika Serikat dan Kanada termasuk di antara mereka yang telah mengizinkan penggunaan medis MDMA dan psilocybin.

(***)