Awas Kecolongan! Begini Gejala Khas Tifus Vs DBD
Selain itu, perjalanan penyakit DBD dan tifus juga berbeda. Umumnya, perjalanan penyakit DBD hanya terjadi 7 hari, terdiri dari 4 atau 3 hari fase demam kemudian fase kritis mulai hari ketiga, berlanjut fase pembocoran pembuluh darah pada hari keenam, dan fase penyembuhan pada hari keenam dan ketujuh.
Seringkali, masyarakat justru kecolongan pada fase kritis. Demam yang menurun disangka tanda pasien sudah membaik, padahal yang terjadi justru pembuluh darah pasien sedang kolaps.
"Yang harus diwaspadai adalah fase kritis ini yang sering kecolongan oleh masyarakat. Kadang-kadang setelah hari ketiga suhu turun itu belum tentu tanda aik kalau anaknya tidur terus. Jangan-jangan dia pembuluh darahnya lagi kolaps, jadi dia lemas dan dehidrasi. Seringkali orang tua salah persepsi," beber dr Karyanti.
"(Pasien) tidur terus, tadi pagi muntah darah. Kalau sudah begitu bahaya. Begitu kita periksa nadinya tidak teraba. Tekanan darah tidak terukur. Artinya dia sudah masuk ke sindrom shock dengue jadi mengalami kolaps dari pembuluh darahnya," imbuhnya.
Lain halnya dengan DBD yang menular dari nyamuk aedes aegypti betina, penyakit tifus menular lewat asupan makanan atau minuman yang tercemar salmonella typhi. Lantaran bakteri masuk lewat mulut (oral), pasien tifus umumnya juga mengalami gejala masalah pencernaan seperti mual, muntah, diare, atau sembelit pada anak dewasa. ***