Kunci Finlandia Jadi Negara Paling Bahagia Bikin Penasaran
RIAU24.COM - Finlandia langganan menyabet predikat sebagai negara paling bahagia di dunia. Akso Heart, 31 tahun, penasaran berat dengan bukti di lapangan.
Akso mencari jawabannya sampai terbang ke Finlandia. Pria asal London itu mengikuti kelas master kebahagiaan selama empat hari di resor Lakeland Finlandia bersama 14 peserta dari negara lain.
Setelah mengikuti kelas itu selama empat hari dia menyadari Finlandia memiliki sejumlah poin yang tidak dimiliki negara lain. Yang tampak mata adalah alam dan makanannya.
Yang tidak tampak langsung oleh mata adalah materialisme yang membatasi dan tekanan masyarakat.
"Semuanya tampak seperti cara alami dan orang-orang menghindari keinginan atau kebutuhan yang tidak perlu, kata Heart, dari London, kepada The Post dan dikutip New York Post, Rabu (5/7/2023).
"Kami tidak pernah benar-benar meluangkan waktu untuk berhenti, berhenti sejenak, dan memikirkan keputusan kami," kata Akso.
Sebaliknya, dia menambahkan, warga Finlandia memprioritaskan kesehatan mental terlebih dahulu. Itu tidak lumrah di negara lain.
Finlandia kukuh sebagai negara paling bahagia di dunia selama enam tahun berturut-turut oleh World Happiness Report. Peringkat itu dibuat dengan sejumlah kriteria, yakni PDB per kapita, dukungan sosial, harapan hidup sehat, kebebasan, kemurahan hati, dan korupsi atau kekurangannya.
"Orang Finlandia menikmati hubungan yang lebih dekat dengan alam daripada orang Barat lainnya," kata Akso.
"Satu hal yang membedakan orang Finlandia dari orang Barat lainnya adalah hubungan unik mereka dengan alam dan budaya yang tidak menekankan simbol status dan keserakahan," kata Heart.
"Negara ini tidak sematerialistis negara lain. Jika di negara lain, warganya membuat orang terkesan dengan pakaian dan rumahnya, itu tidak ada di sana dalam pengalaman saya," kata dia.
"Tentu saja, uang adalah hak istimewa tetapi warga Finlandia tidak perlu khawatir tentang hal-hal yang dimiliki orang lain... tetapi lebih pada mentalitas yang dimiliki orang. Bukan soal jenis pakaian, atau uang, atau pekerjaan mereka," dia menambahkan.
Harta benda juga tetap menjadi poin berarti bagi warga Finlandia. Tetapi, warga Finlandia memaknai barang yang dimiliki itu dengan berfokus kepada desain yang cerdas dan nilai yang diberikan, misalnya berapa lama barang itu bertahan atau bagaimana itu akan bertahan," kata Akso.
Selama di Finlandia Akso dan mereka yang mengikuti kelas kebahagiaan itu belajar cara mencari makan, menangkap ikan, dan memasak sendiri, yang merupakan ciri khas negara Skandinavia. Aktivitas itu kontras dengan makanan olahan yang lebih umum di AS dan Inggris.
Selain itu, Akso menilai tidak ada pemaksaan bagi anak-anak di keluarga di Finlandia. Anak-anak bebas memilih keinginan mereka.
"Semua orang memperhatikan diri mereka sendiri terlebih dahulu, tetapi tidak dengan cara yang egois," kata Akso. ***