Kena Prank Tarik Kursi, Begini Kondisi Tragis yang Dialami Bocah Cantik Asal Malaysia
RIAU24.COM - Prank tarik kursi di sekolah kembali memakan korban. Kali ini dialami anak perempuan yang mengidap Cerebral Palsy atau lumpuh otak di Malaysia bernama Iqa. Peristiwa itu terjadi saat seorang teman di sekolahnya mengerjainya dengan menarik kursi Iqa. Akibatnya, Iqa terjatuh hingga menangis kesakitan.
Iqa langsung dipulangkan dari sekolah dan dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Diketahui, gadis itu mengalami cedera tulang ekor yang sangat parah. Setelah diperiksa, Iqa didiagnosis menderita patah tulang ekor, cakram menonjol, dan tulang memar. Akibatnya, Iqa kesulitan untuk duduk dan memerlukan bantuan bantal.
"Semua pihak harus ingat bahayanya prank seperti ini. Sekarang kita dihadapkan pada hal tersebut, mohon doanya agar Iqa cepat sembuh," kata ibunya yang dikutip dari The Straits Times, Sabtu (28/10/2023).
"Tapi, dia tidak bisa duduk terlalu lama dan harus istirahat di tempat tidur hampir sepanjang waktu," tambah sang ibu.
Bahaya Prank Tarik Kursi
Prank tarik kursi seperti yang dialami Iqa bisa berdampak buruk pada kesehatan seseorang. Pakar kesehatan masyarakat dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Profesor Dr Sharifa Ezat Wan Puteh, mengatakan insiden semacam itu bisa berdampak panjang sehingga menyebabkan perubahan perilaku pada anak-anak dan remaja yang mungkin bertahan hingga dewasa.
Dia menekankan bahwa lelucon fisik dapat membahayakan kesejahteraan anak-anak secara signifikan, dan mengakibatkan dampak negatif yang parah, seperti cedera tulang belakang yang dialami Iqa. Dr Sharifa juga menekankan bahwa prank semacam itu berpotensi berdampak pada kesehatan mental anak-anak dan bahkan berkontribusi pada perkembangan gangguan makan seperti bulimia dan anoreksia.
Dr Sharifa mengatakan prank seperti menarik kursi dari belakang ini ada kemungkinan cedera pada tulang belakang dan otot. Dampaknya bisa membuat orang tersebut kesulitan dalam bergerak dan berjalan.
"Dalam kasus tertentu, jika terjatuh terjadi dari ketinggian tertentu atau terbentur beban lain saat terjatuh, dapat terjadi patah tulang, kolaps cakram, atau herniasi tulang belakang sehingga memerlukan pengobatan, pembedahan, dan rehabilitasi," jelas Dr Sharifa yang dikutip dari New Straits Times.
"Hal ini mengakibatkan rasa sakit yang parah, stres, dan hilangnya kualitas hidup. Mobilitas dapat terganggu, dan diperlukan perubahan pada pendidikan dan gaya hidup seseorang. Hal ini dapat menimbulkan kerugian yang signifikan bagi keluarga dan pasien," pungkasnya. ***