RIAU24.COM - Bank besar Amerika Serikat, Wells Fargo, dilaporkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). 

CEO Wells Fargo Charlie Scharf mengatakan pada hari Selasa (5/12/2023) bahwa mereka akan membukukan biaya pesangon sekitar US$ 750 juta atau setara Rp 11,6 triliun (kurs Rp 15.496) pada kuartal keempat.

"Kami memperkirakan pesangon sebesar US$750 juta hingga kurang dari satu miliar dolar pada kuartal keempat yang tidak kami antisipasi, hanya karena kami ingin terus fokus pada efisiensi," kata Scharf kepada investor di konferensi Goldman Sachs di New York, dikutip dari CNBC, Rabu (6/12/2023).

Biaya tersebut merupakan biaya PHK yang diperkirakan akan dilakukan tahun depan. Saat ini, Wells Fargo menolak untuk memberitahu berapa karyawan yang akan terkena PHK.

Menurut Scharf, Wells Fargo harus melakukan pengelolaan jumlah karyawan yang 'lebih agresif' karena pengurangan karyawan telah melambat tahun ini.

Pemimpin Wall Street yang termasuk Scharf dan CEO Morgan Stanley James Gorman mengatakan bahwa tingkat pengurangan karyawan yang sangat rendah telah membuat mereka kewalahan. 

Dalam satu tahun terakhir industri ini telah mengurangi lapangan kerja karena menghadapi kenaikan biaya pendanaan.

Wells Fargo, bank terbesar keempat di AS berdasarkan aset, telah menjadi salah satu bank yang aktif mengurangi karyawan di tahun ini karena penghematannya di arena hipotek. Bank tersebut telah mengurangi 11.300 karyawan di tahun 2023, atau 4,7% dari total karyawannya. Per September 2023, Wells Fargo memiliki 227.363 karyawan.

Scharf menyatakan Wells Fargo perlu melakukan efisiensi, sambil terus berinvestasi di bidang yang menghasilkan pendapatan, termasuk kartu kredit dan pasar modal. Menurut Scharf, saat ini bank tersebut bahkan tidak mendekati efisiensi yang seharusnya.

Di bawah kepemimpinan sebelumnya, karyawan Wells Fargo telah menyebar ke seluruh penjuru AS. Sekarang, Scharf ingin karyawan-karyawannya untuk berada di dekat salah satu pusat kantor bank.

Beberapa karyawan akan ditawari relokasi berbayar, sedangkan yang lain hanya akan ditawari pesangon. Menurut seseorang yang mengetahui situasi tersebut, karyawan yang tidak memilih untuk pindah mungkin akan kehilangan pekerjaan mereka.

Meskipun tindakannya menunjukkan kehati-hatian untuk tahun depan, Scharf mengatakan bahwa baik konsumen maupun dunia usaha tetap bertahan dengan baik. ***