Menu

Perusahaan Amerika Serikat Mau Bangun 'Nuklir' di Indonesia Senilai Rp17 Triliun

Zuratul 30 Apr 2024, 15:41
Perusahaan Amerika Serikat Mau Bangun 'Nuklir' di Indonesia Senilai Rp17 Triliun. (thorconpower.id)
Perusahaan Amerika Serikat Mau Bangun 'Nuklir' di Indonesia Senilai Rp17 Triliun. (thorconpower.id)

RIAU24.COM -PT ThorCon Power Indonesia (TPI) yakni perusahaan reaktor nuklir asal Amerika Serikat (AS) menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia. 

PLTN ini nantinya akan baru bisa beroperasi pada tahun 2032 mendatang dengan nilai investasi mencapai Rp 17 triliun.

Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Direktur Operasi TPI, Bob S. Effendi. 

Dia menyebutkan pihaknya merencanakan pembangunan PLTN pertama di Indonesia berkapasitas 500 Mega Watt (MW) dengan investasi mencapai Rp 17 triliun.

Dia mengklaim, rencana pembangunan PLTN itu sudah dikomunikasikan oleh pihaknya ke pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).

"Jadi kita merencanakan membangun PLTN yang harapannya akan menjadi PLTN pertama yang saat ini juga kita sudah komunikasikan ke Dewan Energi Nasional ESDM dan mungkin tadi juga ada Pak Rachmat Kaimuddin juga Kementerian Marves. Kita akan membangun ini 500 MW (PLTN) dengan investasi sekitar Rp 17 triliun," ungkap Bob kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (30/4/2024).

Untuk bisa merealisasikan rencana tersebut, Bob menyebutkan pihaknya sudah saat ini tengah menyusun proposal yang nantinya akan diajukan kepada pemerintah untuk bisa mendukung pembangunan PLTN pertama di dalam negeri.

"Bahkan kita juga saat ini baru saja minggu lalu menyelesaikan kick-off meeting bersama Dewan Energi Nasional untuk menyusun proposal yang akan kita ajukan kepada pemerintah untuk memayungi program ini," jelasnya.

Bob menyebutkan pihaknya merencanakan pembangunan PLTN dengan nilai investasi triliunan Rupiah tersebut bisa dibangun di Provinsi Bangka Belitung yang mana pihaknya sendiri menargetkan proyek tersebut sudah bisa beroperasi pada tahun 2030 mendatang.

"Kita mudah-mudahan akan kita tempatkan itu di Bangka Belitung, di Provinsi Bangka Belitung dan tahun 2030 kita sudah bisa beroperasi. Dan kami yakin ini dapat menjadi suatu solusi praktis transisi energi, yaitu menghentikan PLTU batu bara," ujarnya.

Memang, Indonesia saat ini tengah mendorong program transisi energi beralih menuju sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) menggantkan posisi batu bara sebagai energi primer di Indonesia.

Bob menilai, nuklir melalui PLTN bisa menggantikan posisi tersebut dengan karakteristik ketersediaan energi yang mumpuni seperti batu bara.

"Karena pertama kita memiliki kemampuan yang tinggi dari sisi kemampuan. Kita dapat beroperasi hampir 90% daripada seluruh waktu jadi kapasitas faktornya. Lalu kita juga menargetkan harga jual ini bersaing dengan PLTN Batubara di kisaran US$ 6 sen kira-kira," bebernya.

Menurut perhitungannya, dengan nilai investasi PLTN pertamanya yang juga diharapkan menjadi PLTN pertama di Indonesia. 

Dengam nilai investasi Rp 17 triliun bisa menghasilkan perhitungan produksi dan pengembangan hingga US$ 1.000 per Kilo Watt (KW). Nantinya, dengan harga jual listrik US$ 6 sen dinilai sudah bisa menguntungkan.

"Jadi memang kalau kita bagi Rp 17 triliun atau itu terhadap 500 MW kita dapat kurang lebih angkanya US$ 2.500 per KW ya. Nah US$ 2.500 itu per KW memang angka yang di higher end dari PLTU Batubara. Tapi itu karena kita ada development cost. Namun demikian yang kedua, ketiga, dan seterusnya yang kita berharap juga dapat di implementasi di Indonesia, cost kita itu cuma 1.000 dolar per KW. Nah kalau 1.000 dolar per KW itu jauh lebih murah daripada PLTU batu bara," tambahnya.

Dengan begitu, dia menilai dengan PLTN bisa menghasilkan listrik yang 'bersih' juga bisa menjadi opsi bagi pemerintah maupun untuk PT PLN (Persero) untuk menyediakan sumber listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia.

(***)