Pengamat Bicara soal Skenario Anies Baswedan di Pilgub DKI, Diusung KIM hingga Lawan Rezim
RIAU24.COM - Pendiri lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Hendri Satrio (Hensat), membuat analisis soal peluang mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju Pilgub DKI Jakarta 2024.
Hendri menilai Anies bisa maju jika mendapat restu dari rezim atau Koalisi Indonesia Maju (KIM) atau koalisi pendukung Prabowo Subianto.
"Saya sampai saat ini cuma yakin kalau Anies hanya bisa maju kalau dia didorong oleh KIM," kata Hendri dalam program Overview Tribunnews, Kamis (1/8/2024).
Menurutnya, Pilkada DKI Jakarta kali ini hanya persoalan siasat untuk membiarkan Anies tak berlaga di ajang lima tahunan ini.
"Anies nggak bisa maju, karena memang dikunci agar tidak bisa maju. Bisa nggak ada Anies ini di Pilkada, dia kena siasat saja."
"Saya belum menemukan alasan mengapa penguasa merasa perlu memberi jalan, membiarkan tiket Anies Baswedan tersedia untuk Pilgub Jakarta, sebab hal ini akan terkait dengan kalkulasi politik kompetisi di Pilpres 2029," katanya.
Namun, jika diusung KIM, Anies harus siap dengan siapa pun wakilnya, termasuk yang digadang-gadangkan saat ini, Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep.
"Pasti kalau sekarang ditawarkan, Anies sekarang bilang enggak, karena ada kaitan etika dan lain-lain kan."
"Tapi ini politik, jika satu-satunya cara maju hanya dengan Kaesang, maka Anies akan dengan teorinya dikatakan saat Pilpres kemarin, lebih baik minta maaf dari pada minta izin," tuturnya.
Meski demikian ada opsi lain yang bisa ditempuh Anies untuk melawan KIM.
Yakni dengan menyatukan PDI Perjuangan (PDIP) dan partai yang saat ini mendukungnya di Pilkada DKI, PKS.
"Yang harus diandalkan Anies saat ini adalah seharusya bisa meyakinkan PKS dan PDIP, mereka harus duduk bertiga untuk menjelaskan siapa yang menjadi gubernur dan wakil gubernurnya," katanya.
"Kalau PKS dan PDIP mau mengacak-acak skenario penguasa, PDIP harus setuju opsinya PKS dengan mengusung Anies dan Sohibul Iman, bingung nanti itu penguasa," lanjut Hensat.
Kemudian skenario ketiga, Pilgub DKI bisa berlangsung tanpa Anies sebagai calon.
"Anies bisa nggak maju, skenario paling masuk akal saat ini."
"Nasdem tiba-tiba ngomong belum tentu ajukan Anies Baswedan, terus PKB saat ini Jakarta doang. Terus PKS sekarang juga tiba-tiba saya dengar kasih deadline ke Anies kalau tidak segera memutuskan menerima Sohibul Iman jadi wakilnya, PKS akan menarik dukungannya. Terus sama siapa dong," kata Hensat.
(***)