Cara PTPN Ubah Rugi Jadi Laba
RIAU24.COM - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan transformasi bisnis di tubuh perusahaan pelat merah yang memiliki kinerja kurang baik atau merugi. Salah satu terobosan yang dilakukan oleh Menteri BUMN adalah membentuk holdingisasi seperti Holding Perkebunan Nusantara PTPN III./
Holding tersebut berhasil disulap dari yang sebelumnya mencatat keuangan yang merugi kini sudah berbalik untung dan dapat berkontribusi pada pendapatan negara.
Untuk Holding Perkebunan Nusantara juga sukses membalikan kinerja keuangan yang sebelumnya merugi menjadi untung berkat tranformasi yang dilakukan. Kinerja PTPN sempat menurun hingga 2020, kini PTPN Group sukses meraih untung berturut-turut dalam tiga tahun terakhir.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani mengatakan, strategi menyulap keuangan yang tadinya rugi dengan melakukan berbagai inisiatif strategis guna mendukung transformasi perusahaan secara berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan peran subholding PalmCo, SugarCo (SGN), dan SupportingCo.
Transformasi yang telah dilakukan PTPN Group selama tiga tahun terakhir memberikan peningkatan kinerja perusahaan yang signifikan. Salah satu keberhasilan tersebut tercermin dari kemampuan perseroan untuk mengkompensasi kerugian yang dialami dalam periode lima tahun sebelumnya.
"Kerugian yang ditimbulkan di 2015-2020 mampu dikompensasi dengan keuntungan tiga tahun terakhir, dan pemenuhan ke kreditur pun terus berjalan," ujar Ghani, dikutip Jumat (4/10/2024).
Ghani menjabarkan, salah satu faktor penunjang keberhasilan tersebut adalah adanya peningkatan kinerja operasional kelapa sawit sebagai salah satu komoditas utama PTPN Group.
Pada 2019, produktivitas CPO PTPN sebesar 4,50 ton per hektare. Pada 2023, volume CPO naik menjadi 4,79 ton per hektare.
Dengan berbagai inisiatif strategi dan transformasi ini, Ghani optimis PTPN Group akan terus tumbuh berkelanjutan di masa mendatang. "Tentunya dukungan dan dorongan dari Kementerian BUMN serta stakeholders terkait akan semakin menguatkan peran PTPN Group sebagai perusahaan perkebunan terbesar di dunia," ungkap Ghani.
Holding BUMN Perkebunan menargetkan laba tahun ini mencapai Rp 3,1 triliun atau tumbuh nyaris tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. Abdul Ghani mengatakan pada tahun lalu laba PTPN sempat merosot. "Tahun 2023 yang lalu PTPN mengalami penurunan laba menjadi sebesar Rp 1,06 triliun yang disebabkan antara lain karena turunnya harga komoditas, namun pada tahun 2024 diproyeksikan laba perusahaan meningkat sebesar Rp 2,06 triliun menjadi Rp 3,1 triliun," jelasnya.
Ghani mengatakan bahwa tahun ini laba perusahaan belum mendekati capaian 2022. Pada periode tersebut perusahaan menutup tahun dengan laba Rp 6,02 triliun.
Selain itu, Ghani juga memaparkan bahwa pendapatan kotor atau gross profit PTPN III tahun 2024 ini ditargetkan mencapai Rp 17,6 triliun yang mana lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan kotor perusahaan tahun 2023 lalu yang mencapai Rp 12,8 triliun.
Ghani memaparkan bahwa pendapatan perusahaan dari tahun ke tahun secara rerata meningkat 28,1% terhitung sejak 2020.
Sementara itu, untuk pendapatan perusahaan tahun 2024 ini ditargetkan mencapai Rp 61,7 triliun. Hal itu tercatat meningkat dibandingkan tahun 2023 lalu yang realisasi pendapatan perusahaan mencapai Rp 50,9 triliun.
Adapun PTPN sempat menjadi sorotan setelah mencetak rugi dan utang membengkak. Pada 2020, PTPN membukukan rugi bersih Rp 1,14 triliun dan utang lebih dari Rp 40 triliun.
Ghani mengatakan bahwa saat ini PTPN telah menyelesaikan utang sebesar Rp 18 triliun yang terdiri dari kewajiban kepada perbankan Rp 11,3 triliun, santunan hari tua Rp 3,7 triliun, dan iuran pensiun Rp 3 triliun.
"Holding PTPN menciptakan efisiensi dari hasil proses reformasi di dalamnya. "Jadi sebenarnya holdingisasi ini adalah bentuk dari reformasi. Reformasi itu di dalamnya ada efisiensi. Hal-hal yang jelek-jelek itu dipangkas," sebutnya. ***