Menu

Hati-hati! Anak 9 Tahun Bisa Alami Stroke, Ini Penyebabnya

Rizka 18 Nov 2024, 17:33
Stroke pada anak
Stroke pada anak

RIAU24.COM Stroke bisa muncul saat terjadi kerusakan otak sebagai akibat dari sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Kondisi ini tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa atau lanjut usia, namun dapat terjadi juga pada usia anak, remaja, bayi baru lahir, bahkan janin yang masih di dalam kandungan.

Penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia. Data menunjukkan hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke adalah bentuk PKV yang paling umum. 

Di Indonesia setiap tahun stroke mengalami kenaikan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 10,9 per 1.000 penduduk, meningkat dibandingkan 7 per 1.000 penduduk tahun 2013.

Mantan Menteri Kesehatan RI 2019-2020, Terawan Agus Putranto mengatakan stroke tidak hanya terjadi pada orang usia lanjut, anak usia 9 hingga 11 tahun bisa mengalami stroke.

"Banyak anak-anak kecil umur 9 tahun dan 11 tahun yang terkena stroke. Kadang-kadang mereka anggap bukan stroke," ungkap Terawan dalam acara 'Wealth Wisdom 2024' yang digelar oleh Permata Bank di Park Hyatt Jakarta, Senin (18/11).

Ia menambahkan setelah diperiksa Magnetic resonance imaging (MRI), maka akan diketahui stroke tersebut pada anak.

"Tetapi begitu dievaluasi dengan MRI, maka akan ketahuan itulah serangan-serangan stroke. Mereka melakukan rehabilitasi, fisioterapi, namun tidak pernah menduga bahwa itu adalah stroke," tambahnya.

Penasihat Khusus Presiden urusan Kesehatan Nasional itu mengutarakan kejadian yang terjadi pada anak usia 9-11 tahun itu disebabkan dehidrasi. Dehidrasi itu mengakibatkan penggumpalan darah atau darah menjadi kental.

"Jangan sampai terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan. Anak-anak kita main terus, tapi lupa disiapkan minum. Itu membuat mekanisme kekentalan darah juga berubah, inflamasi meningkat, kalau inflamasi meningkat memacu kekentalan darah. Dan itu memudahkan terjadinya serangan stroke," pungkasnya.

Stroke, kata Terawan, tidak hanya mempengaruhi motorik dan sensorik. Kondisi ini juga mencakup aspek lain yang lebih luas, termasuk kognitif, emosional, dan fungsi otonom tubuh. 

"Stroke bisa mengenai fisik kita, psikologi kita. Stroke yang kita pahami selama ini adalah motorik dan sensorik, namun ada juga stroke mata, ada stroke pendengaran, dan ada stroke kepribadian, misalnya ada orang yang sering ngamuk, tapi dulunya tidak seperti itu," jelasnya.

Ia menyarankan pemeriksaan secara lengkap sejak dini itu sangat penting, untuk mengidentifikasi berbagai jenis stroke tersebut.

"Karena itu data, fakta, dan pengambilan Chek up itu sangat penting. Stroke bisa mengenai fisik kita, psikologi kita, fungsi bicara atau fungsi apa pun yang selama ini kita pahami. Kita memahami stroke kadang-kadang itu karena motorik kita atau sensorik kita. Karena itu pemeriksaan yang detail perlu dilakukan," ujarnya.

Sebagai informasi, stroke bisa terjadi tanpa gejala yang jelas, terutama pada tahap awal atau dalam bentuk tertentu yang dikenal sebagai stroke diam-diam (silent stroke).

Jenis stroke ini terjadi ketika ada kerusakan kecil pada otak akibat gangguan aliran darah, tetapi tidak menimbulkan gejala yang langsung dirasakan atau diketahui oleh penderitanya.