Ini Alasan AS Tarik Diri dari Keanggotaan WHO, Salah Satunya Terkait COVID-19
RIAU24.COM - Presiden Donald Trump menepati janjinya sebelum pemilihan untuk menarik Amerika Serikat dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam salah satu dari banyak perintah yang dikeluarkan setelah pelantikannya, ia mengumumkan dimulainya proses penghentian keanggotaan AS di badan PBB yang mengawasi masalah kesehatan global tersebut.
Kekecewaan Trump terhadap WHO bermula dari puncak era COVID-19. Ia berulang kali mengkritik organisasi tersebut karena terlalu lambat menanggapi pandemi dan "dimiliki dan dikendalikan oleh China."
Melalui laman White House, Trump menyatakan AS sempat menarik diri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020 karena kesalahan penanganan organisasi tersebut terhadap pandemi COVID-19 yang muncul dari Wuhan, China, dan krisis kesehatan global lainnya. WHO disebut gagal dalam mengadopsi reformasi yang sangat dibutuhkan dan ketidakmampuannya untuk menunjukkan independensi dari pengaruh politik yang tidak pantas dari negara-negara anggota WHO.
"Selain itu, WHO terus menuntut pembayaran yang sangat memberatkan dari Amerika Serikat, jauh dari proporsi pembayaran yang ditetapkan oleh negara-negara lain. China, dengan populasi 1,4 miliar, memiliki 300 persen populasi Amerika Serikat, tetapi memberikan kontribusi hampir 90 persen lebih sedikit kepada WHO," tulis pernyataan tersebut.
Butuh waktu satu tahun agar janji Trump menjadi resmi. Itulah jangka waktu yang ditetapkan AS untuk penarikan di masa mendatang saat bergabung dengan badan kesehatan global tersebut pada tahun 1948.
Pada masa jabatan pertama Trump, ia sempat menghentikan pendanaan untuk WHO dan memulai proses penarikan. Namun sebelum batas waktu satu tahun tercapai, Biden menjabat dan segera mengubah arah.
Dikutip dari laman NPR, konsekuensi dari pengumuman ini bagi WHO sangat signifikan. Mereka bisa dibilang akan kehilangan anggota terpenting mereka dan sejauh ini merupakan donor terbesar. AS memberikan sekitar USD 1,284 miliar kepada WHO selama tahun 2022 dan 2023, ratusan juta dolar lebih banyak daripada Jerman, donor kedua.
Para pengkritik Trump percaya bahwa AS juga akan menghadapi konsekuensi. WHO memantau ancaman kesehatan global, mengevaluasi vaksin dan pengobatan baru, mengoordinasikan respons terhadap krisis kesehatan yang muncul serta masalah yang sedang berlangsung dan memberikan dukungan ahli kepada negara-negara, terutama ketika mereka menghadapi keadaan darurat kesehatan.
AS disebut akan kehilangan akses mudah ke data penting tentang wabah dan posisi di meja perundingan ketika standar kesehatan ditetapkan dan respons penyakit diputuskan.
"Ini adalah keputusan yang paling dahsyat," kata Lawrence Gostin, profesor hukum kesehatan global di Universitas Georgetown dan direktur Pusat Hukum Kesehatan Global WHO.
"[Ini] adalah luka parah bagi kepentingan nasional Amerika dan keamanan nasional kita. Ini benar-benar akan membuat badan-badan kita seperti CDC [Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit] dan NIH [Institut Kesehatan Nasional] menjadi buta," tegasnya. ***