Kemenkes Malaysia Ungkap Temuan Kasus Dokter Bunuh Diri Diduga Korban Bullying
RIAU24.COM - Kementerian Kesehatan Malaysia mengungkap hasil temuan penyelidikan kasus dokter yang bunuh diri, dr Tay Tien Yaa. Dugaan awal, dokter ahli patologi itu mengakhiri hidupnya karena perundungan atau bullying.
Namun, dari penyelidikan gugus tugas independen mengatakan bahwa dr Tay tidak memiliki konflik di tempat kerjanya. Hal ini disampaikan oleh ketua gugus tugas, Borhan Dollah.
"Berdasarkan penyelidikan kami, tidak ada konflik yang muncul antara dia dan kepala departemen. Mereka bekerja secara profesional. Hal ini dapat dibuktikan dari wawancara dengan kolega dan bawahan mereka," ungkap Borhan yang dikutip dari Channel News Asia.
"Sebanyak 19 saksi termasuk empat anggota keluarga dan 11 staf rumah sakit diwawancarai," sambungnya.
Seperti yang diketahui, dr Tay, 30, yang mengepalai Unit Patologi Kimia di Rumah Sakit Lahad Datu ditemukan meninggal pada 29 Agustus 2024 di rumah sewanya di Kedah. Menurut anggota keluarga, dia mulai bekerja di rumah sakit tersebut pada Februari 2024 dan seorang kolega senior diduga telah 'menganiaya (dan) menindasnya'.
dr Tay juga tidak mengajukan banding apapun ke departemen kesehatan negara bagian atau departemen sumber daya manusia kementerian untuk tetap tinggal di semenanjung.
Stres dan Tekanan Disebut Jadi Faktor Utama
Melihat hasil laporan, Menteri Kesehatan Malaysia Dzulkefly Ahmad akan mengambil tindakan tegas untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber daya. Ini yang menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap stres dan tekanan yang dialami dr Tay.
"Kepindahan Tay dari Rumah Sakit Kuala Lumpur yang memiliki sumber daya lebih baik ke Rumah Sakit Lahad Datu di Sabah berkontribusi signifikan terhadap stres dan tekanan yang dihadapinya," tutur Dzulkefly.
"Menurut para ahli yang memimpin gugus tugas, tuduhan perundungan tidak memenuhi definisi perundungan, tetapi terkait dengan faktor-faktor seperti tekanan kerja ekstrem yang mempengaruhi mental mendiang dr Tay. Saya akan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi dan meringankan tekanan yang dialami oleh Departemen Patologi," terangnya.
Dzulkefly sepenuhnya memahami betapa sulitnya bagi keluarga untuk memproses temuan ini. Meski begitu, ia tetap berkomitmen untuk mengatasi perundungan di tempat kerja.
Borhan juga telah menyampaikan beberapa rekomendasi kepada Kementerian Kesehatan Malaysia yang berkaitan dengan kasus ini.
"Termasuk untuk penyediaan dukungan yang lebih baik bagi para pekerja kesehatan yang ditugaskan jauh dari rumah, untuk membantu mereka beradaptasi dengan budaya dan lingkungan yang berbeda," pungkas Borhan. ***