Jendral Iran Ancam Ratakan Israel Jika AS Serang Taheran
RIAU24.COM - Seorang jenderal senior Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengancam akan meratakan Tel Aviv dan Haifa di Israel jika Amerika Serikat (AS) berani menyerang Teheran. Ancaman ini disampaikan saat puncak peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iranberlangsung hari Senin.
"Amerika Serikat tidak memiliki keberanian untuk menembakkan satu peluru pun kepada kami terlepas dari semua aset defensif dan militernya. Tetapi jika mereka menyerang kita, kita akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah,"ujar Brigadir Jenderal Yadollah Javani, komandan senior IRGC, dikutip Sindonews mengutip Reuters dari IRNA, Selasa 12 Februari 2019.
Tel Aviv dan Haifa merupakan dua kota terbesar Israel. Tel Aviv menjadi pusat basis militer rezim Zionis dan pernah menjadi ibu kota negara tersebut sebelum pindah ke Yerusalem atas pengakuan sepihak Amerika Serikat.
Para pemimpin politik dan militer top di Iran secara teratur menyerukan penghancuran Israel. Bahkan, seorang jenderal senior Teheran baru-baru ini mengklaim akan mengalahkan negara Yahudi itu dalam waktu tiga hari jika perang pecah.
Javani, deputi untuk biro politik IRGC, berbicara pada pertemuan umum yang menandai peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iran. Revolusi yang terjadi tahun 1979 itu menjadi akhir dari monarki Shah Mohammad Reza Pahlavi yang menjadi sekutu AS. Rezim Shah digulingkan kelompok Islam loyalis Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Bersamaan dengan teriakan "Matilah Amerika" dan spanduk bertuliskan slogan yang menyerukan "Matilah Israel" pawai pada hari Senin juga menjadi ajang pamer rudal buatan Iran oleh militer setempat.
Di Teheran, massa berduyun-duyun di tengah hujan dari selusin lingkungan yang berjauhan di ibu kota menuju pusat kota Azadi atau Freedom Square. Mereka mengibarkan bendera Iran dan meneriakkan slogan "Matilah Amerika". Massa juga membakar bendera AS dan Israel.
Stasiun televisi pemerintah Iran melaporkan jutaan orang berpartisipasi dalam peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iran. Televisi tersebut juga menayangkan rekaman arsip masa pemberontakan dan memainkan lagu-lagu revolusioner.
Meskipun tekanan internasional meningkat atas program rudal negara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani berjanji untuk terus mendorong pengembangan senjata semacam itu.
"Kami tidak dan kami tidak akan meminta izin untuk memproduksi segala jenis rudal dari siapa pun,"jelas Rouhani di Teheran. Namun, dia menekankan bahwa Iran akan melanjutkan keterlibatan konstruktif dengan masyarakat internasional.
Rouhani berbicara di hadapan massa selama hampir 45 menit. Dia mengecam musuh-musuh Iran, yakni Amerika dan Israel, yang dia klaim berupaya menyengsarakan rakyat Iran melalui sanksi. Menurutnya, upaya itu tidak akan berhasil.
"Kehadiran orang dalam perayaan ini berarti bahwa plot oleh musuh telah dijinakkan," kata Rouhani. "Mereka tidak akan mencapai tujuan buruk mereka."
Awal bulan ini AS bersumpah untuk menekan Iran agar menghentikan program misilnya setelah Republik Islam itu meluncurkan rudal balistik baru dengan jangkauan 1.000 kilometer (620 mil) dan menguji coba rudal jelajah baru. Kedua senjata itu mampu mencapai target di Israel.