Panas, Sanksi Pemakzulan Mulai Intai Presiden AS Donald Trump
RIAU24.COM - Dinamika politik dalam negeri Amerika Serikat (AS), saat ini dikabarkan mulai memanas. Hal itu setelah Ketua Dewan Perwakilan Amerika Serikat, Nancy Pelosi, mengumumkan pihaknya telah secara resmi membuka penyelidikian formal untuk pemakzulan Presiden Donald Trump.
Langkah tersebut diambil setelah Trump dinilai melanggar konstitusi karena diduga mencari bantuan dari Ukraina. Bukan untuk kepentingan negara, namun langkah itu ditempuh Trump karena diduga bertujuan untuk menghalangi pesaingnya dalam Pemilu 2020 mendatang, yakni Joe Biden dari Partai Demokrat.
"Tindakan Presiden Trump mengungkap fakta yang tidak terhormat tentang pengkhianatan presiden atas sumpah jabatannya dan terhadap keamanan nasional serta integritas pemilu kita," ujar Pelosi, dalam pernyataan resminya, Selasa 24 September 2019 waktu setempat.
"Karena itu, hari ini saya mengumumkan bahwa Dewan Perwakilan melangkah maju dengan penyelidikan pemakzulan resmi," tambahnya, dikutip kompas.
Sementara itu, AFP melansir, langkah Pelosi mengumumkan pemakzulan itu, dilakukannya usai bertemu dengan sesama anggota kaukus Demokrat. Seruan untuk pemakzulan terhadap Trump terus meningkat meski ada kekhawatiran bahwa langkah itu akan merusak peluang Demokrat dalam Pemilu 2020.
Pengumuman itu turut dipicu laporan skandal bahwa Trump berupaya menekan presiden Ukraina, untuk membuka penyelidikan korupsi terhadap pesaingnya dalam Pemilu nanti, yakni Joe Biden dan putranya, Hunter.
Pemicu konfrontasi ini adalah laporan pengukapan rahasia yang terpusat pada panggilan telepon yang dilakukan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 25 Juli lalu.
Terkait hal ini, pihak Gedung Putih telah menolak desakan untuk merilis keluhan dari pengungkap rahasia komunitas intelijen kepada Kongres AS.
Laporan pengaduan itu diduga menggambarkan bagaimana Trump telah mencari bantuan dari Ukraina untuk melawan Biden, yang saat ini menjadi kandidat terdepan dari Partai Demokrat untuk nominasi presiden.
Setelah kabar itu merebak dan terus meluas, Trump akhirnya mengakui dirinya telah berbicara dengan Zelensky tentang Biden dalam panggilan telepon itu. Trump juga mengatakan dia telah menghentikan bantuan ke negara tersebut untuk sementara, sebelum akhirnya dicairkan kembali pada minggu lalu.
Kendati demikian, Trump menolak tuduhan bahwa kedua hal tersebut berkaitan dengan Biden. Ia berdalih, pembekuan bantuan tersebut guna mendorong negara-negara Eropa untuk meningkatkan dukungan mereka kepada pemerintah Ukraina.
Untuk diketahui, Pelosi sendiri pada awalnya termasuk kalangan yang menentang keras langkah pemakzulan terhadap Trump.
Namun setelah pengumuman tersebut, ia berharap Demokrat dapat tetap fokus dalam mengamankan kursi Senat dan Gedung Putih pada 2020. ***