Akhirnya, Setelah Belasan Tahun Pabrik Garmen di Gaza Ini Dibuka Kembali Ditengah Penyebaran Virus Corona
Unipal menghasilkan dua jenis masker: masker sekali pakai sederhana yang menutupi wajah dan dagu yang akan digunakan selama beberapa jam, serta masker berkualitas tinggi yang membantu melindungi pemakainya dari infeksi dan bertahan lebih lama.
Al-Bawab mengatakan barang-barang ini adalah salinan dari topeng N95 tingkat industri dan memiliki tiga filter, yang memblokir 95 persen air liur, lendir dan partikel serta tetesan di udara. Selain masker, Unipal memproduksi pakaian dan APD sekali pakai. Masker dijual seharga USD 1 (Rp 16 ribu) sementara pakaian pelindung mulai dari USD 3 (Rp 48 ribu).
Pabrik menerima bahan baku dari pemasok di Israel, tetapi al-Bawab mengatakan dia tidak yakin apakah penyedia masih akan mengirim bahan-bahan penting dan kain ke Gaza karena potensi kekurangan global. Untuk saat ini, ia memiliki kontrak untuk membuat 1 juta masker dan 50.000 pakaian isolasi pada akhir April. "Pekerjaan itu bisa berhenti kapan saja karena ketidakstabilan di pasar," katanya.
Di lantai pabrik, mesin jahit terpisah sejauh dua meter, dan para pekerja mengenakan pakaian yang mereka produksi, sesuai dengan langkah-langkah keselamatan yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan. Pedoman jarak fisik membuat perusahaan mencari lebih banyak ruang, dan sekarang sedang bersiap untuk membuka kembali ruang kerja yang tidak digunakan untuk menyerap mesin dan karyawan tambahan.
Pabrik itu juga harus menghadapi pemadaman listrik yang sering terjadi di Gaza dan berlangsung selama delapan jam sehari, sebagai akibat dari blokade dan ketegangan antara Hamas dan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat yang diduduki.
Gaza memiliki kekurangan 30 persen pasokan medis sekali pakai dan alat pelindung sebagai akibat dari blokade Israel "dan krisis coronavirus akan memperburuk situasi," kata Munir al-Bursh, Direktur Farmasi di Kementerian Kesehatan.