Desa Makmur Peduli Api Binaan APP Sinar Mas Dukung Kebutuhan Jahe Merah dan Madu di Masa Pandemi COVID-19
RIAU24.COM - JAKARTA - Menjawab tingginya permintaan masyarakat di tengah pandemi COVID-19, Desa Makmur Peduli Api (DMPA) binaan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas terus berupaya meningkatkan produksi jahe merah dan madu. Keduanya adalah bahan yang sering digunakan dalam jamu penambah imunitas tubuh.
Masyarakat DMPA dari Desa Dataran Kempas, Jambi berfokus pada produksi jahe merah, dibina oleh PT Wirakarya Sakti (WKS) selaku salah satu unit usaha APP Sinar Mas. Sementara, anggota DMPA di Desa Bahta, Kalimantan Barat yang dibina oleh PT Finnantara Intiga berfokus pada produksi madu kelulut.
“Konsumsi jamu untuk kesehatan adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Kebutuhan tersebut membuka mata pencaharian alternatif bagi masyarakat anggota DMPA,” ujar Corporate Social and Security Head APP Sinar Mas, Agung Wiyono dalam rilis yang diterima redaksi Riau24.com.
“Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan ini dapat meningkat, dan mereka pun dapat meninggalkan praktik agrikultur yang tidak berkelanjutan seperti tebang-bakar. Upaya pemberdayaan ini penting untuk kita lanjutkan, khususnya mengantisipasi musim kemarau yang segera tiba. Tentunya, dengan tetap mengambil langkah-langkah untuk mencegah penularan COVID-19 selama program,” lanjutnya.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) turut mengapresiasi dukungan APP Sinar Mas untuk masyarakat selama pandemi. “Keberhasilan kemitraan yang dikembangkan oleh APP Sinar Mas perlu dicontoh dan dikembangkan di daerah lain karena hal ini dapat membantu masyarakat untuk menciptakan bisnis usaha kecil menengah yang mandiri terutama di masa penuh tantangan ini,” ujar Direktur Jenderal PHPL KLHK, Bambang Hendroyono.
“Direktur Jenderal PHPL akan terus mendorong dan melakukan pembinaan dan kemitraan dengan masyarakat terutama terkait Hutan Tanaman Industri (HTI), baik di lahan gambut maupun mineral. Kami akan terus melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan hutan melalui kemitraan yang saling menguntungkan. Dengan demikian, kami berharap kita dapat menjaga dan mengurangi kebakaran hutan secara signifikan,” tambah Direktur Usaha Hutan Produksi KLHK, Istanto.
Budidaya dan pengolahan jahe merah di Desa Dataran Kempas, Jambi dimulai sejak 2017 dengan melibatkan 130 anggota Kelompok Wanita Tani Mekar Wangi. Diketuai Rita Ayuwandari, kelompok ini tidak hanya menanam jahe merah, tetapi juga mengolahnya menjadi serbuk jahe, serta makanan dan minuman berbahan dasar jahe.
Selama pandemi COVID-19, produksi tanaman jahe merah tersebut meningkat dari 150-200 kg per bulan menjadi 350 kg per bulan. Jahe merah dan hasil olahannya tersebut telah didistribusikan ke beberapa kabupaten di Jambi, Sumatra Selatan, Riau, dan Jakarta, baik melalui pemesanan langsung dan online, maupun melalui berbagai minimarket.
“Sejak pandemi, banyak orang mencari jahe. Pendapatan kami pun naik hingga 50%. Untuk memenuhi permintaan pasar, sebagian desa kami sampai berpindah dari bertanam sawit menjadi bertanam jahe. Saya juga bekerja sama dengan desa tetangga sebagai penyedia bahan baku. Semoga dengan ini semakin banyak masyarakat yang mandiri secara ekonomi,” ujar Rita.
Lewat program DMPA, Rita dan kelompoknya tidak hanya mendapat pembinaan tentang metode agrikultur berkelanjutan untuk mencegah kebakaran. Mereka juga menerima bantuan berupa polybag dan pupuk kompos dari PT WKS. Keberhasilan Kelompok Wanita Tani Mekar Wangi ini menginspirasi munculnya petani-petani lain di 10 desa dari lima kecamatan yang tersebar di Jambi.
Melihat keberhasilan para peternak madu binaan DMPA di Desa Bahta, Kalimantan Barat dan meningkatnya permintaan selama pandemi COVID-19, masyarakat lainnya pun termotivasi untuk ikut membudidayakan madu.
Desa tersebut kini memproduksi tiga kali lipat jumlah madu yang dihasilkan sebelumnya, yaitu menjadi 100 kg per bulan. Madu tersebut didistribusikan ke Jakarta, Yogyakarta, Pontianak, Sintang, Sambat, dan Kapuas Hulu.
“APP Sinar Mas sejak awal membantu kami memasarkan madu ini. Sejak pandemi, 120 kg madu yang biasanya baru terjual dalam sebulan, sekarang habis hanya dalam satu minggu. Untuk memenuhi permintaan pasar, kami juga bekerja sama dengan peternak madu dari dusun sebelah,” jelas Togos, salah satu peternak lebah di Desa Bahta.
Dalam melaksanakan program DMPA di masa pandemi ini, perusahaan pun melakukan beberapa penyesuaian untuk mencegah penularan COVID-19. Antara lain, menghindari sosialisasi program dengan cara mengumpulkan massa dan menggantinya dengan sosialisasi langsung dari rumah ke rumah, serta mempraktikkan dan mengedukasi masyarakat DMPA tentang menjaga kebersihan dan jarak aman. Masyarakat DMPA pun menerapkan pengecekan suhu tubuh di pintu masuk desa dan menyediakan disinfektan.
Selain itu, kelompok tani DMPA binaan perusahaan di Desa Dataran Kempas, Jambi pun telah menyumbangkan 2.000 masker kepada masyarakat setempat. Sementara, Togos bersama Forum Peternak Madu Kelulut juga menyumbangkan madu kelulut untuk tenaga medis di beberapa rumah sakit kota Pontianak, Kalimantan Barat.