Bos Chelsea Roman Abramovich Danai Organisasi Israel untuk Usir Warga Palestina
RIAU24.COM - Empat perusahaan Abramovich diketahui menyumbang lebih dari US$100 juta untuk organisasi yang berada di balik pengusiran keluarga-keluarga Palestina di Silwan, Yerusalem Timur.
Empat perusahaan itu berada di bawah kendali pemilik klub sepak bola Chelsea, Roman Abramovich, yang menyumbang US$100 juta dolar, sekitar Rp1,4 triliun, untuk Elad, organisasi yang dituduh mengusir keluarga-keluarga Palestina dari Silwan, kawasan pendudukan di Yerusalem Timur.
Kesimpulan didapat oleh investigasi yang dilakukan BBC News Arabic setelah melakukan penelusuran dan pengecekan terhadap dokumen-dokumen yang dibocorkan ke BuzzFeed News yang kemudian dibagikan kepada konsorsium wartawan investigatif internasional dan BBC.
BBC News Arabic mendapatkan bukti bahwa Elad mendanai proses pengusiran keluarga-keluarga Palestina, termasuk keluarga Sumarin, yang telah tinggal di perkampungan Silwan sejak 1950-an.
Keluarga Sumarin memegang bukti bahwa mereka berhak mendiami rumah mereka karena keluarga ini telah berada di Silwan sejak 1959.
Namun oleh pengadilan di Yerusalem, keluarga Silwan dinyatakan kalah dan keluarga ini akan mengajukan banding.
BBC mendapatkan bukti bahwa kasus-kasus terhadap keluarga Sumarin dan beberapa keluarga lain di Silwan didanai oleh Elad.
Saat ditanya oleh BBC, apakah Elad akan terus mendanai kasus melawan keluarga Palestina, Elad tidak memberikan jawaban.
Di Silwan, terdapat sekitar 450 pemukim Yahudi di antara 20.000 warga Palestina, namun jumlah pemukim Yahudi terus bertambah.
Sumbangan untuk Elad, dilakukan melalui empat perusahaan yang berkedudukan di British Virgin Islands, dengan nilai lebih dari US$100 juta, antara 2005 hingga 2018.
Sejumlah dokumen memperlihatkan, Abramovich adalah donator terbesar Elad dalam 15 tahun terakhir. Keempat perusahaan yang dimiliki atau di bawah kendali Abramovich ini didaftarkan pada hari yang sama di British Virgin Islands.
Abramovich, yang mendapatkan kewarganegaraan Israel pada 2018, dikenal sebagai donatur kegiatan riset, pembangunan permukiman, dan juga melakukan investasi di perusahaan-perusahaan lokal di Israel.
Juru bicara Abramovich kepada BBC mengatakan, "Abramovich adalah pendukung masyarakat madani Yahudi dan Israel dan selama lebih dari 20 tahun ini telah menyumbangkan lebih dari US$500 juta untuk mendukung layanan kesehatan, sains, pendidikan dan mendukung komunitas Yahudi baik di Israel maupun di seluruh dunia."
Penelusuran oleh BBC News Arabic mengungkap bahwa ini untuk pertama kalinya didapat bukti bahwa pemilik Chelsea tersebut mendukung dan mendanai organisasi yang mengusir warga Palestina dari Yerusalem Timur.
Siapa Elad?
Elad merupakan organisasi yang mendukung pembangunan permukiman Yahudi di Silwan dan pada 2007, 90% dana operasional Elad berasal dari empat perusahaan yang dimiliki atau dikontrol oleh Abramovich.
Organisasi ini mendapat dukungan dari pemerintah Israel dan dikenal ingin memperkuat keberadaan warga Yahudi di perkampungan Silwan, dengan cara antara lain mengusir keluarga-keluarga Palestina.
Shahar Shilo, mantan direktur pemasaran Elad, mengatakan bahwa membangun permukiman Yahudi di Silwan adalah aktivitas utama Elad.
Elad mengatakan sebagai organisasi nirlaba operasional, transparansi, dan pendanaan mereka sudah sesuai dengan aturan dan perundang-undangan di Israel.
Soal pendanaan dari Abramovich, Doron Spielman, wakil presiden Elad, mengatakan, "Kami sangat menghargai privasi para donatur kami. (Tapi jika ada yang ingin tahu) nama para donatur yang kami pasang di kawasan City of David."
Ditentang keras oleh PBB
Dengan dukungan Abramovich, hanya dalam kurun 30 tahun Elad telah berhasil mengubah perkampungan Palestina di Silwan menjadi City of David.
Donasi memungkinkan Elad meningkatkan keberadaan mereka di Silwan. Elad memiliki dan menjalankan beberapa situs wisata dan membantu memukimkan keluarga-keluarga Yahudi di Silwan.
Dengan dukungan Abramovich, yang sekarang memagang atribut sebagai warga terkaya di Israel, hanya dalam kurun 30 tahun Elad telah berhasil mengubah perkampungan Palestina di Silwan menjadi City of David.
Berdasarkan hukum internasional, Israel dilarang membangun permukiman di wilayah pendudukan.
Pada 2016, Dewan Keamanan PBB menyatakan bahwa tindakan Israel membangun permukiman Yahudi di Yerusalem Timur adalah "jelas-jelas pelanggaran terhadap hukum internasional".
Namun pandangan ini ditolak oleh pemerintah Israel dan juga oleh pemerintah Presiden Donald Trump.
Banyak negara menentang langkah Israel membangun dan memperluas perumahan bagi warga Yahudi di Yerusalem Timur, termasuk pemerintah Indonesia dan Inggris.
Pemerintah Inggris memperingatkan bahwa tindakan Israel tersebut "menghalangi upaya mewujudkan perdamaian" di Timur Tengah.