Konsumsi Makanan Olahan Jadi Bikin Gemuk, ini Penjelasan Peneliti
RIAU24.COM - Mengonsumsi makanan olahan memang tidak baik bagi tubuh. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Cell Metabolism menyebutkan, memakan makanan olahan seperti fast food atau junk food dalam dua minggu bisa berefek perubahan hormonal.
Mengutip laman Suara.com dari Time, studi itu meneliti 20 orang dewasa sehat yang tinggal selama sebulan di laboratorium. Mereka diberi makan dan camilan olahan dan bukan olahan secara bergantian, dua minggu pertama makan makanan olahan dan dua minggu berikutnya makan makanan tidak olahan.
Makanan olahan yang diberikan berupa makanan seperti ravioli kalengan, chicken nugget, dan bagel sementara makanan yang tidak diolah seperti salad, telur orak-arik, oatmeal, dan kacang-kacangan.
Kedua pola makan mengandung nutrisi yang hampir sama, dengan jumlah gula, lemak, natrium, serat, dan lainnya yang sama. Tetapi makanan-makanan tersebut nyatanya memiliki efek yang sangat berbeda pada tubuh.
Ketika orang makan makanan yang diproses mereka makan sekitar 500 lebih banyak kalori per hari daripada yang mereka makan dengan makanan yang tidak diproses. Berat badan mereka juga bertambah sekitar dua pon atau 1 kg selama dua minggu.
Meskipun orang menyebutkan jika mereka merasa kenyang dan puas dengan kedua pola makan itu, pola makanan yang tidak diolah menyebabkan peningkatan hormon penekan nafsu makan yang disebut PYY dan penurunan hormon kelaparan ghrelin. Sementara makan makanan olahan cenderung membuat lebih cepat lapar dan makan berlebih.
"Perubahan hormonal yang terjadi karena alasan yang tidak sepenuhnya kami pahami, cenderung mendukung pengamatan kami," ujar Kevin Hall, penulis utama studi dan peneliti senior di Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal di National Institutes of Health.
"Orang-orang secara spontan mengurangi asupan kalori mereka menyebabkan penurunan berat badan dan kehilangan lemak tubuh, tanpa mereka harus menghitung kalori atau bahkan dengan sengaja" kata dia lagi.
Namun penelitian ini memberikan bukti terbaru jika mengurangi makanan olahan mungkin sepadan dengan harga dan upaya ekstra.
"Ini adalah uji coba pertama yang benar-benar dapat menunjukkan bahwa ada hubungan kausal antara makanan olehan terlepas dari nutrisi tersebut yang menyebabkan orang makan berlebihan dan menambah berat badan," ujarnya.