Krakatau Steel Akan Menerbitkan Obligasi Konversi Senilai Rp 3 Triliun
RIAU24.COM - Produsen baja milik negara Krakatau Steel akan menerbitkan obligasi konversi wajib (MCB) senilai Rp 3 triliun (US $ 212,4 juta) sebagai sarana untuk suntikan modal negara untuk mengatasi krisis ekonomi. Pemegang saham perusahaan menyetujui tindakan tersebut pada hari Selasa.
Berdasarkan skema tersebut, aset tersebut akan dikonversi menjadi saham biasa di perusahaan pada tanggal konversi kontrak. Obligasi yang akan dipegang pemerintah tersebut berjangka waktu 7 tahun dan kemudian akan menjadi saham baru. Pemerintah saat ini memiliki 80 persen pembuat baja tersebut, direktur keuangan Krakatau Steel Tardi mengatakan pada hari Selasa.
“Saat ini perseroan memiliki modal kerja bersih negatif dan kewajiban melebihi aset hingga 80 persen,” kata Tardi saat virtual briefing. Kas perusahaan mencapai $ 104,4 juta pada Juni tahun ini, turun 19,8 persen dari $ 130,2 juta pada Desember 2019. Total kewajibannya mencapai $ 808,7 juta pada Juni 2020, turun tajam dari $ 2,5 miliar pada akhir 2019. Krakatau Steel merupakan salah satu dari beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang direncanakan mendapat modal dari pemerintah dari dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 695,2 triliun.
Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia juga telah menerima lampu hijau untuk menerima Rp 8,5 triliun dalam bentuk MCB, karena maskapai tersebut mengalami kerugian akibat tekanan pandemi pada permintaan perjalanan. Krakatau mengatakan suntikan itu diperlukan untuk mendorong pemulihan di industri padat baja lainnya, seperti mesin dan konstruksi, yang bersama-sama menyumbang 11 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal ketiga, data Statistik Indonesia (BPS) menunjukkan.
Perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebesar 21,2 persen menjadi $ 552,8 juta pada paruh pertama tahun ini, turun dari $ 702 juta pada periode yang sama tahun lalu. Namun, ia masih membukukan laba bersih $ 4,51 juta dalam periode tersebut, membalikkan kerugian bersih $ 135 juta dari tahun lalu. Dana dari obligasi akan digunakan untuk memperpanjang periode pembayaran, atau siklus konversi tunai, dari 90 hari menjadi maksimal 180 hari, tambah Tardi.
Hal ini diharapkan dapat mendorong pelanggan untuk membeli lebih banyak baja tanpa merugikan keuangan mereka atau Krakatau Steel, yang keduanya sedang tertekan oleh perlambatan ekonomi. Tetapi bahkan dengan injeksi, Krakatau Steel kekurangan beberapa juta dolar untuk memberikan relaksasi seperti itu kepada semua pelanggannya.