Pasukan Israel Menembak Mati Remaja Palestina di Tepi Barat yang Diduduki
RIAU24.COM - Pasukan Israel telah menembak mati seorang remaja Palestina di dekat pemukiman Yahudi Ariel di Tepi Barat yang diduduki. Menurut pernyataan militer Israel pada hari Selasa, Atallah Rayyan, 17, mencoba melakukan serangan penikaman terhadap tentara Israel yang ditempatkan di persimpangan permukiman Ariel.
Pernyataan itu mengatakan tentara di pos militer "melihat seorang penyerang yang berusaha menikam dua tentara (Israel)".
Salah satu tentara memblokir beberapa serangan penikaman penyerang dan komandan pasukan yang berada di tempat kejadian menembak ke arah penyerang dan menetralisirnya. Pernyataan itu menambahkan bahwa pasukan Israel tidak mengalami korban jiwa. Sebuah video yang dirilis oleh tentara menunjukkan seorang tentara wanita yang diidentifikasi sebagai “Kopral L” yang mengatakan bahwa dia sedang bertugas saat seorang penyerang “dengan pisau di tangan melompat ke atas saya”.
Dia mengatakan dia menangkisnya dengan mendorongnya dan memukulnya beberapa kali dengan senjatanya. Tentara Israel itu mengatakan penyerang kemudian mencoba menusuknya sebelum komandannya menembaknya dengan satu peluru.
Namun, video tersebut hanya memperlihatkan bagian belakang tentara tersebut dan tidak ada foto atau video dari insiden tersebut yang segera tersedia. Kementerian Kesehatan Palestina mengkonfirmasi bahwa "seorang warga negara" telah ditembak mati oleh "pasukan pendudukan".
Kelompok hak asasi Palestina dan Israel menuduh Israel menggunakan kekerasan yang berlebihan terhadap penyerang "serigala tunggal" Palestina, dan membunuh beberapa tersangka penyerang yang bisa saja ditangkap.
Rayyan, seorang siswa sekolah menengah atas, berasal dari desa Qarawat Bani Hassan, sebelah barat Salfit di bagian utara Tepi Barat yang diduduki. Ibunya, Mahera, mengatakan kepada kantor berita lokal Palestina, Ma'an, putranya hanya khawatir untuk lulus dari sekolah.
“Hari Kamis, dia berencana untuk bertemu teman-temannya setelah menyelesaikan ujian akhir semester,” katanya dengan air mata mengalir di wajahnya.
Rayyan bangun pada hari Selasa dan pergi ke sekolah untuk mengikuti ujian, ibunya menceritakan. Pulang ke rumah, sarapan pagi lalu berangkat ke Nablus untuk membantu ayahnya bekerja seperti yang sesekali dilakukannya di waktu senggang. Tapi dia tidak berhasil sampai ke kota. “Atallah meninggalkan rumah dan tidak kembali,” kata Mahera.