Sedikitnya 150 Migran Dibebaskan Dari Para Pedagang Manusia, Hidup Dalam Penjara Rahasia yang Kotor dan Pengap
Para pedagang manusia telah mengeksploitasi kekacauan tersebut dan sering mengemas keluarga-keluarga yang putus asa ke dalam perahu karet yang tidak lengkap yang terhenti dan didirikan di sepanjang rute Mediterania yang berbahaya.
Ribuan orang tenggelam di sepanjang jalan, sementara yang lain ditahan di kandang penyelundup yang kotor atau pusat penahanan yang padat.
Dalam pengakuannya ke Al Jazeera, seorang pedagang manusia dengan nama samaran, Salman, mengatakan kebanyakan imigran terpaksa terjun ke dalam prostitusi dan dieksploitasi secara seksual. Para imigran juga membutuhkan uang untuk menyelendupkan mereka ke wilayah suaka. Namun, kebanyakan dari mereka berakhir dengan dibunuh oleh penyelundup di gurun atau mati karena kehausan dan kecelakaan mobil saat dibawa ke gurun Libya. Salman, menjelaskan bisnisnya makin meningkat beberapa kali lipat setelah pimpinan Libya yang berkuasa lama, Muammar Khadafi, digulingkan.
Imigran dipaksa tinggal di ruang kosong yang rusak tanpa sanitasi yang memadai.
Organisasi Migrasi Internasional (IOM) telah melakukan wawancara dengan imigran dari negara-negara di Afrika Barat yang menceritakan pengalaman mereka diperjualbelikan.
Salah satu imigran asal Senegal menyebutkan, dia ditahan di sebuah rumah pribadi di Shaba bersama 100 orang lainnya. Mereka dipukul dan dipaksa untuk menghubungi keluarga mereka agar menyiapkan uang tebusan guna membebaskan mereka.