Anggaran Covid-19 Merosot Tapi Infrastruktur Malah Meroket, Rizal Ramli Sebut Rakus, Ini Sebabnya
RIAU24.COM - Ekonom senior Rizal Ramli kembali melontarkan kritikannya terhadap penggunaan dana APBN tahun 2021. Hal itu setelah melihat terjadinya perubahan dalam susunan anggaran. Dalam hal ini, anggaran infrastruktur meroket hingga mencapai Rp414 triliun.
Namun kebalikannya, anggaran untuk sektor kesehatan di tengah masa pandemi Covid-19 yang masih berlanjut, malah anjlok. Awalnya di tahun 2019, anggaran di sektor kesehatan masih dipatok pada angka Rp212,5 triliun. Namun untuk tahun 2021, angkanya anjlok jadi Rp169,7 triliun.
"Semula, saya paham investasi infrastruktur. Tapi ternyata kebanyakan 3 O (oversupply, overprice, overloan) yang semakin merugikan," cuitnya dalam akun Twitter pribadinya, Senin 1 Maret 2021.
Dilansir rmol, melonjaknya anggaran untuk sektor infrastruktur bisa dilihat dari data yang dikeluarkan Kementerian Keungan RI. Di mana angkanya mencapai Rp414 triliun.
Angka itu melonjak jauh dibanding anggaran tahun 2020 yang sebesar Rp281,1 triliun. Angka ini juga masih jauh lebih besar dibanding anggaran tahun 2019 yang sebesar Rp394,1 triliun dan anggaran tahun 2018 yang mencapai Rp394 triliun.
Namun kondisi berbalik malah terjadi pada anggaran sektor kesehatan. Pada 2019, anggaran kesehatan yang diprioritaskan untuk menangani pandemi Covid-19 mencapai Rp212,5 triliun. Namun pada tahun ini, angka tersebut merosot jadi Rp169,7 triliun.
"Oh ternyata karena bancakannya (mark up, red) 10-20%, pantes semangat, sehingga budget covid dipotong dari 212 T jadi 169 T, infrastruktur naik 281 T ke 414 T. Kalian rakus," tegas Rizal Ramli lagi.
Menurutnya, angka-angka itu menunjukkan pemerintah tidak ada prioritas dalam menghadapi krisis pandemi Covid-19. Sebab, pemerintah lebih memilih menggenjot infrastruktur dan mengurangi anggaran covid.
Rizal juga balik mempertanyakan sikap Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang terkesan diam-diam saja.
"Tidak punya prioritas, sulit untuk keluar cepat dari kritis. Walaupun penggunaan rendah, bancakan (mark up) infrastruktur 10-20% sangat menggiurkan! @bpkri kok diem aja?" tandasnya lagi. ***