Para Pendukung ISIS Ingin Jozeph Paul Zhang yang Mengaku Sebagai Nabi ke-26 Dipenggal, Karena Dianggap Menghina Nabi Muhammad
RIAU24.COM - Para simpatisan ISIS telah menyerukan pemenggalan kepala seorang pria Indonesia yang mengaku sebagai "nabi ke-26".
Seorang pria bernama Jozeph Paul Zhang membuat klaim yang menyinggung umat Muslim dalam video YouTube yang menjadi viral selama akhir pekan.
Beberapa ahli telah memperingatkan bahwa etnis Zhang - ia dianggap etnis Tionghoa - akan memicu "kebencian" dan dapat menyebabkan serangan terhadap Tionghoa dan non-Muslim Indonesia di negara tersebut.
Nabi Muhammad, dipuja oleh umat Muslim sebagai nabi ke-25 dan terakhir. Polisi Indonesia sedang menyelidiki kasus ini sebagai salah satu penistaan agama dan sedang dalam proses mengeluarkan pemberitahuan merah Interpol terhadapnya.
Media lokal mengutip otoritas imigrasi mengatakan Zhang meninggalkan Indonesia pada Januari 2018 dan menuju Hong Kong. "Kami sangat yakin orang tersebut ada di suatu tempat di Eropa," kata juru bicara Kepolisian Republik Indonesia Rusdi Hartono kepada This Week in Asia.
Hartono kemudian mengatakan dalam jumpa pers Zhang kini berada di Jerman.
Indonesia adalah negara Muslim terpadat di dunia, dengan lebih dari 90 persen dari 270 juta penduduknya mengidentifikasi diri sebagai Muslim. Pengikut agama Islam saat ini menjalankan bulan suci Ramadhan, berpuasa dari fajar hingga senja untuk menyucikan diri.
Dalam video terpisah, dilihat oleh portal berita lokal Detik.com pada Senin (19 April), Zhang mengatakan dia telah mencabut kewarganegaraan Indonesia dan bahwa tindakan apa pun terhadapnya harus “diputuskan oleh hukum Eropa”.
Pernyataan Zhang mengikuti pengakuan dua minggu lalu oleh setidaknya dua anggota kelompok Islam terlarang, Front Pembela Islam (FPI), bahwa mereka berencana untuk menyerang bisnis dan toko terkait China yang dijalankan oleh orang Tionghoa Indonesia.
Orang-orang itu adalah bagian dari empat tersangka FPI yang ditangkap. Setidaknya 5,5kg (12,1 lbs) bahan peledak disita.
Insiden ini terjadi setelah dua serangan teror - bom bunuh diri di gereja di Makassar, Sulawesi Selatan, oleh pasangan pengantin baru yang diikuti oleh percobaan serangan teror oleh seorang wanita berusia 25 tahun di Mabes Polri.
Ramadhan dikenal sebagai waktu yang disukai para militan untuk melancarkan serangan teror karena mereka yakin akan mendapatkan pahala dua kali lipat selama periode ini dan masuk ke Surga. Komunitas Tionghoa Indonesia telah menjadi sasaran kekerasan rasial di berbagai titik dalam sejarah negara.
“Zhang sengaja membuat sensasi untuk menjadi terkenal. Sayangnya, dia membahayakan komunitas Tionghua dan non-Muslim di Indonesia, ”kata Muh Taufiqurrohman, peneliti senior di Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi yang berbasis di Jakarta, menggunakan istilah lokal untuk merujuk pada Tionghoa Indonesia.
Etnis Zhang tidak jelas. Meski namanya membuat banyak orang menganggap dia orang Tionghoa, polisi mengatakan nama aslinya adalah Shindy Paul Soerjomoljono. Taufiqurrohman mengatakan pendukung Negara Islam (Isis) di Indonesia dan Malaysia telah membuat panggilan di media sosial untuk pemenggalan Zhang. Dia mengatakan kelompok pro al-Qaeda juga marah.
Pesan yang menyerukan pembunuhan Zhang disertai dengan gambar seorang pria yang ditutup matanya dan dipaksa berlutut di depan algojo. “Bahkan anggota organisasi Muslim moderat negara Nahdlatul Ulama marah dengan Zhang,” kata Taufiqurrohman, menambahkan bahwa dia yakin kebencian terhadap komunitas China akan "bangkit kembali" sebagai hasil dari video tersebut.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan Zhang telah "melukai perasaan umat Islam".
“Saya sangat menyesali perkataan seseorang bernama Paul Zhang… Dia menghina Nabi Muhammad dengan mengklaim dirinya sebagai nabi ke-26,” Amirsyah Tambunan, sekretaris jenderal MUI, mengatakan kepada media lokal.
Johanes Herlijanto, dosen Universitas Pelita Harapan di Jakarta, mengatakan kejadian itu kemungkinan akan "menimbulkan kekhawatiran" bagi Tionghoa Indonesia karena dari namanya tampak bahwa Zhang beretnis Tionghoa.
"Untuk meredakan situasi, pihak berwenang harus mengambil tindakan [terhadap Zhang]. Saya yakin komunitas China menyesali insiden seperti itu," kata Johanes.