Menu

Mirip Dengan Kisah KRI Nanggala, Kisah Kapal Selam Kursk Milik Rusia Kembali Viral, Pelaut Tulis Catatan Harian dengan Darah Sebelum Mati Lemas

Devi 24 Apr 2021, 11:34
Foto : Kompas.com
Foto : Kompas.com

RIAU24.COM -  Kapal Selam KRI Nanggala-402 milik TNI AL hilang kontak di Perairan Bali pada Rabu (21/4). Pencarian oleh Tim SAR hingga kini masih dilakukan.

Tak hanya KRI Nanggala, sebelumnya dunia juga dikejutkan dengan tenggelam kapal selam milik Rusia, Kursk
Kursk menjadi kecelakaan kapal selam terparah di Rusia. Sebanyak 118 orang tewas dalam kecelakaan tersebut. Pada Agustus 2000 kapal selam nuklir Rusia, Kursk, tenggelam ke dasar Laut Barents setelah dihantam rudal kapal perusak Rusia dalam latihan.

Dalam surat kabar Jerman Berliner Zeitung edisi Jumat (8/9/2000) yang dilansir Harian Kompas pada 9 September 2000, dilaporkan bahwa Kursk tenggelam akibat rudal Granit yang dikendalikan radar dan ditembakkan kapal nuklir kelas Kirov, Peter the Great (Peter Agung). Insiden itu terjadi pada 12 Agustus 2000 sewaktu Armada Utara Rusia sedang latihan. Laporan itu dan kesimpulannya lalu diserahkan ke Presiden Vladimir Putin pada 31 Agustus 2000, tetapi sampai sekarang penyebab pasti tenggelamnya Kursk masih misteri.

Moskwa semula mengatakan, kecelakaan kapal selam Rusia Kursk karena tabrakan dengan kapal selam lainnya yang kemungkinan milik negara anggota NATO. Namun laporan itu kemudian diperlunak dan dikatakan mungkin akibat tabrakan di bawah laut.

Kontroversi lainnya yang diberitakan AFP pada Rabu (21/4/2021), otoritas Rusia menolak bantuan dari kapal Angkatan Laut Inggris dan Norwegia. Alhasil, 118 pelaut di kapal selam Kursk tewas. Mayoritas meninggal saat kecelakaan, dan ada beberapa yang masih bertahan hidup selama sekian hari.

Para pelaut yang masih sempat bertahan itu menulis catatan harian dengan darah untuk orang-orang yang mereka cintai, kemudian mati lemas. "Ini adalah musibah terburuk Angkatan Laut Rusia," tulis AFP.

zxc1

Artikel Berliner Zeitung yang dilansir Harian Kompas menyatakan, laporan terinci memperlihatkan kapal jelajah menembakkan peluru kendali yang dilengkapi dengan sistem pemburu baru. Rudal itu menerobos air sekitar 20 km jauhnya waktu ledakan bawah air dicatat di atas kapal perusak, kemudian disusul lagi ledakan lain.

"Kedua ledakan itu seharusnya tampak dari anjungan kapal perusak. Di atas kapal itu, para awak semula mengira ledakan kedua itu bagian dari latihan." "Namun, komisi peneliti FSB menulis dalam laporan, mereka menduga posisi Kursk dan rudal Granit sangat bertepatan pada kedalaman 400 meter," tulis surat kabar tersebut.

Tidak diungkapkan alasan yang tepat mengapa peluru kendali itu sampai menimpa Kursk. Juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) Ken Bacon mengatakan, ledakan keras setara 1-5 ton peledak TNT menimpa kapal selam Rusia Kursk di Laut Barents. 

Hal itu menguatkan teori bahwa ledakan dari luar menyebabkan torpedo Kursk meledak di bagian buritan kapal selam.  Ledakan kedua, yang terjadi satu menit 16 detik setelah yang pertama, 45 sampai 50 kali lebih kuat.

Dalam kecelakaan kapal selam Rusia Kursk, Presiden Vladimir Putin sempat dituding sengaja mengorbankan kru dan tak segera meminta bantuan intenasional, dengan dalih rahasia strategis. Artikel Reuters dan AFP yang dilansir Harian Kompas pada 19 Agustus 2000 mengungkapkan, Putin sedang berlibur di Laut Hitam saat kecelakaan kapal selam Rusia Kursk terjadi.

Ia baru angkat bicara dan minta bantuan internasional setelah empat hari berita musibah terungkap. "Seperti juga (peperangan) di Chechnya, tragedi Kursk menunjukkan betapa nyawa manusia demikian tak bergunanya bagi militer kita, juga politisi kita," komentar Valentina Melnikova, ketua Komite Ibu-ibu Tentara seperti dikutip koran Perancis, Le Parisien, Selasa (8/8/2000). 

Misteri lain yang belum terungkap pasti adalah jumlah korban. Tragedi Kursk dilaporkan menewaskan 118 kru, tetapi di media Rusia diungkap bahwa kapal selam itu mengangkut 130 orang. Jika angka 130 yang dipakai sebagai korban tewas, maka jumlahnya melebihi kecelakaan kapal selam USS Thresher Amerika Serikat pada April 1963 yang menewaskan 129 pelaut di Cape Cod.

Melihat data ini, ada sejumlah kemiripan dengan apa yang terjadi pada kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang kontak pada Rabu (21/4) pagi. KRI Nanggala tengah terlibat dalam latihan peluncuran torpedo di perairan Bali. KRI Nanggala sempat meminta izin untuk menyelam pada pukul 03.00 WIB. Torpedo memang sudah tersemat di kapal itu. Semua prosedur peluncuran sudah disiapkan, seperti pengawalan oleh Sea Rider di atas air, pengawalan tim penyelam, dan sejumlah prosedur lainnya.

Hanya satu yang belum sempat dilakukan: otorisasi peluncuran torpedo.

Belum diketahui pula nasib 53 awak kapal. KRI Nanggala memang dibekali dengan cadangan oksigen yang bisa bertahan 72 jam atau berakhir pada Sabtu (24/4) dini hari.