Menu

Jokowi Bagikan Obat ke Warga Disentil Epidemiolog: Itu Bukan Tugas Presiden

Muhammad Iqbal 17 Jul 2021, 11:17
Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo

RIAU24.COM - Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mempertanyakan soal Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang datang ke rumah warga Sunter untuk membagikan paket obat dan sembako pada Kamis malam, 15 Juli 2021 lalu.

Dilansir dari Tempo.co, dia menilai jika langkah tersebut tidak relevan sama sekali dengan penanganan pandemi Covid-19.

"Ngapain sih melakukan hal seperti itu. Itu kan bukan tugas Presiden. Tugas Presiden itu memimpin penanggulangan. Distribusi itu serahkan ke Puskesmas. Buat apa ada Puskesmas, buat apa ada tenaga kesehatan, buat apa menggaji Menteri Sosial," katanya, Jumat, 16 Juli 2021.

Dia kemudian mempertanyakan pembagian bantuan paket yang berisi obat dan vitamin. Paket itu hanya diberikan pada warga yang menjalani isolasi mandiri. Terlalu beresiko bagi seorang Presiden berkontak langsung dengan pasien isolasi mandiri.

Disebutkan Pandu, bagi-bagi obat ini juga dinilai hanya sebatas langkah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membuat obat mereka laku. 

Pandu mengatakan seharusnya obat itu dialokasikan di pelayanan kesehatan, bukan dibagi-bagikan langsung ke masyarakat. Pemerintah seharusnya membangun sistem pelayanan kesehatan yang mampu menjangkau masyarakat hingga di tingkat Puskesmas.

Pandu juga menilai penanganan Covid-19 di Indonesia sangat amburadul. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) justru terkesan menyabotase pemerintah. Mereka justru terlihat terlalu fokus pada urusan ekonomi dan hanya berjualan obat dan vaksin.

"Karena enggak ada upaya untuk mengendalikan pandemi. Untuk mengendalikan pandemi itu bukan hanya dengan pengobatan, tapi testing dan tracing," kata Pandu.

Pandu mengatakan akan lebih relevan jika Jokowi memilih membagikan masker ke masyarakat. Karena masker itu penting bagi orang miskin, untuk bekerja dan sebagainya. Tapi bagi-bagi obat dan sembako Pandu nilai tak memiliki relevansi dengan penanganan pandemi sama sekali.