Sebut Bukti Menunjukkan Pasukan Rusia Melakukan Kejahatan Perang, Amnesty International: Ini Bagian dari Pola Pengendalian
RIAU24.COM - Amnesty International mengatakan pada Hari Jumat, ada bukti kuat bahwa pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang, termasuk eksekusi di luar hukum terhadap warga sipil, ketika mereka menduduki sebuah daerah di luar ibukota Ukraina, Kyiv pada Bulan Februari dan Maret.
Warga sipil juga mengalami pelanggaran seperti 'penembakan dan penyiksaan sembrono' di tangan pasukan Rusia, selama serangan gagal mereka di Kyiv pada tahap awal invasi yang diluncurkan oleh Kremlin pada 24 Februari, terang kelompok hak asasi itu dalam sebuah laporan.
zxc1
"Ini bukan insiden yang terisolasi. Ini adalah bagian dari pola di mana pasukan Rusia mengendalikan sebuah kota atau desa," Donatella Rovera, penasihat senior tanggap krisis Amnesty, mengatakan pada konferensi pers di Kyiv, melansir Reuters 6 Mei.
Informasi yang dikumpulkan oleh kelompok "dapat digunakan, mudah-mudahan, untuk meminta pertanggungjawaban pelaku, jika tidak hari ini, suatu hari nanti," katanya.
Rusia, yang menyebut invasinya sebagai 'operasi militer khusus' untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis, menyangkal pasukannya melakukan pelanggaran.
Sementara di sisi berlawanan, Kyiv dan pendukung Baratnya mengatakan klaim fasisme adalah dalih palsu untuk perang agresi yang tidak beralasan.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka sedang menyelidiki lebih dari 9.000 potensi kejahatan perang oleh pasukan Rusia. Pengadilan Kriminal Internasional juga menyelidiki dugaan kejahatan perang.
Laporan Amnesty adalah yang terbaru untuk mendokumentasikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia, ketika mereka menduduki daerah barat laut Kyiv, termasuk Kota Bucha, di mana pihak berwenang Ukraina mengatakan lebih dari 400 warga sipil tewas. Moskow menarik pasukannya pada awal April.
Laporan tersebut menyimpulkan, pasukan Rusia telah melakukan sejumlah kejahatan perang yang nyata di Bucha, termasuk "banyak pembunuhan di luar hukum", kebanyakan dari mereka di dekat persimpangan jalan Yablunska dan Vodoprovidna.
Sementara, penyelidikan Reuters yang diterbitkan pada Hari Kamis mendokumentasikan petunjuk, termasuk kesaksian dan bukti yang difokuskan di Jalan Yablunska, untuk identitas individu tentara Rusia dan unit militer yang hadir di Bucha.
Unit-unit itu termasuk Divisi Serangan Udara Pengawal ke-76, yang menurut laporan Amnesty juga ada di kota itu.
Rovera mengatakan, dia mengumpulkan di Bucha peluru penembus lapis baja dan selongsong peluru yang diproduksi di sebuah pabrik di Tula, selatan Moskow, untuk senapan yang hanya digunakan oleh unit elite angkatan udara Rusia yang kehadirannya di Bucha telah dikonfirmasi.
"Kami juga menemukan dan dapat melihat beberapa dokumen militer yang menunjukkan keberadaan unit khusus ini di tempat-tempat di mana kejahatan ini dilakukan," terangnya.
Amnesty juga mengatakan dalam laporannya, serangan udara Rusia yang menghantam delapan bangunan tempat tinggal pada 1-2 Maret di kota Borodyanka, menewaskan sedikitnya 40 warga sipil, adalah "tidak proporsional dan tidak pandang bulu, dan jelas merupakan kejahatan perang".
"Pasukan Rusia tidak dapat secara kredibel mengklaim, mereka tidak menyadari bahwa warga sipil tinggal di gedung-gedung yang menjadi sasaran," tandasnya.
Diketahui, Amnesty mengatakan telah mendokumentasikan 22 kasus pembunuhan di luar hukum oleh pasukan Rusia, "sebagian besar merupakan eksekusi di luar hukum" di Bucha dan daerah sekitarnya.
Ditanya oleh Reuters sebelum laporan Amnesty tentang operasi Rusia di Bucha, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: "Cerita Bucha adalah set-up dan palsu".