Dari Tanah Jawa, Liem Menyambung Asa di Negeri Istana
RIAU24.COM - Menjadi seorang perantau di tanah orang menjadi pengalaman yang sangat istimewa bagi sebagian orang, namun banyak dari mereka yang merantau karena alasan mencari pekerjaan.
Biasanya seseorang akan merantau ke daerah kota atau daerah yang diyakini memiliki lapangan pekerjaan.
Seperti yang dilakoni Liem (48 tahun) penjual kasur kredit asal Jawa tengah yang mengadu nasibnya di Siak, Riau.
Bekerja sebagai penjual kasur selama kurang lebih 30 tahun dan merantau ke luar daerah sejak usia 18 tahun. Pria paruh baya yang memiliki 2 anak tersebut menceritakan pengalamannya menjadi perantau.
Walaupun sudah menikah, keluarga Liem berada di Jawa sedangakan Liem sendiri bekerja di Riau. Ia menceritakan, memang mengadu nasib di kampung orang adalah pilihan terberat, jauh dari keluarga dan kerabat, semuanya serba sendiri dikerjakan.
Mendapatkan pekerjaan menjadi tukang kasur kredit keliling membuatnya tidak bisa melepaskan pekerjaannya begitu saja.
Walaupun jauh dari keluarga, pekerjaan yang dia tekuni sekarang lebih menjanjikan untuk mendapatkan penghasilan dibanding bekerja di kampung halamannya. barang yang ia jual tidak hanya kasur gulung tetapi ada juga bantal, selimut, sprei dan kelambu.
“Saya bekerja sebagai tukang kasur sudah hampir 30 tahunan, sempat pindah-pindah, daerah awalnya ternyata nasib membawa kita ke Sumatera. Ditambah lagi jika berdagang seperti di tempat sekarang ini (Mempura) lumayan ada pembeli karena bisa kita bilang sekarang orang yang jual kasur keliling paling cuma 3 sampai 5 orang saja, jadinya tidak banyak saingan, berbeda dengan di Jawa banyak saingannya, apalagi penduduk padat jadinya sulit aja” ungkap Liem.
Menjadi mandiri di usia muda membuatnya harus menjadi perantau di daerah orang. Sempat bekerja menjadi pelayan makanan dan jualan asongan di awal dia mulai mencari pekerjaan. Hidup sendiri di pulau Sumatera membuatnya harus banyak beradaptasi kultur Jawa, dan bahasa yang ada di pulau Sumatera awalnya membuatnya kesulitan bersosialisasi.
“Dulu awal-awal datang ke Medan, lalu ke Riau. Di Riau masyarakatnya menggunakan bahasa Melayu, juga makanannya memiliki cita rasa yang berbeda dengan kampung halaman saya," sebut Liem.
"Saya pas ke Riau dulunya pindah-pindah, tidak hanya di satu kabupaten, misalkan sekarang di Siak, besok ke Bengkalis atau kemana gitu. Salahnya kalau di satu titik udah gak ada yang tangungan kredit dan gak ada yang minat kebutuhan tidur kek yang saya jual ini. Tentu kita harus segera cari tempat baru agar ada penghasilan dan stok barang cepat habis.”ungkapnya ketika berbicara soal pekerjaannya yang selalu pindah-pindah lokasi.
Bekerja sebagai tukang kasur keliling bukan suatu pekerjaan yang mudah. Karena barang yang tidak setiap hari habis. Harga jual yang tinggi membuat masyarakat cendrung melakukan kredit. Ada beberapa barang yang wajib dibeli secara cash, seperti bantal, seprei dan selimut.
Walau demikian Liem tidak keberatan jika masyarakat mengkredit barang miliknya, karena dengan membeli barang tersebut akan membuat pertemuan jangka panjang antara penjual dan pembeli, walau dalam bentuk tagihan tak sedikit orang yang menjadi langganan.
"Alhamdullilah aja karena orang yang kredit kasur biasanya mampu untuk membeli cash barang lain jadinya kita tidak perlu jauh jauh untuk menjual barang kecil kek gini (selimut,seprei,bantal) karena orang udah tau apa yang kita jual, jadinya kalau dia butuh tinggal telpon aja” ungkapnya.
Pendapatan dari hasil menjual kasur keliling tidak menentu, tetapi berkat kerja kerasnya, Liem berhasil membangun rumah dan menyekolahkan kedua anaknya.
"Pendapatan emang gak menentu, tapi cukup untuk kebutuhan hidup sendiri dan keluargalah mbak” ungkapnya.
Menjadi penjual kasur keliling tidak serta merta mendapatkan peroleh keuntungan secara langsung, banyak yang membeli secara kredit membuatnya harus bersabar untuk menunggu hasil. Sedangkan untuk barang yang dibeli cash, barulah keuntungannya bisa didapat secara langsung.
Menjadi pedagang juga bukan hal yang mudah banyaknya pelanggan yang complain karena kasur yang dipesan tidak sesuai atau ada yang kabur tanpa melunasi hutang. Beban tersendiri ketika harus menghadapi para pelanggan seperti karena merugikan dirinya.
“Kadang ada beberapa pembeli yang curang ataupun tak jujur. Jadi ya mau kek mana, dulu waktu muda bisa kita cari informasi sampai dapat sih tapi kalau sekarang gak mampu. Paling kita sekarang hanya akan memberi kredit kepada orang yang kenal aja, karena resiko kerugian lebih sedikit. Sekarang kita harus memikirkan jalan yang terbaik aja. Walaupun sedikit setidaknya ada dari pada banyak yang beli tapi dicurangi payah jadinya. Kita sekarang punya keluarga jadi harus pandai pandai aja mbak” ungkapnya dalam menghadapi pembeli yang curang.
Menjadi seorang perantau bukanlah hal yang mudah, tapi tetap bersyukur dan tetap bertahan itu adalah jalan terbaik demi diri sendiri dan keluarga. Mendapatkan pekerjaan walau jauh dari kampung halaman tetap kita harus berjuang untuk tetap melanjutkan hidup. Karena dimana pun kita tinggal rezeki sudah ada yang ngatur. (Mg1/Mri)