Cerita Polisi Minta Bantuan Istri Sendiri Saat Kenakan Seragam Lengkap
RIAU24.COM - Setiap 1 September diperingati sebagai hari polisi wanita (polwan). Tahukah kehadiran polwan pertama kali untuk menjawab keresahan polisi.
Polisi kala itu mengaku kesulitan saat melakukan pemeriksaan fisik terhadap korban, saksi sampai tersangka wanita dikutip dari sindonews.com.
Agar pemeriksaan berjalan dengan lancar, mereka meminta bantuan istri sendiri sampai PNS wanita.
Menjawab keresahaan itu, organisasi wanita dan organisasi wanita Islam di Bukittinggi meminta pemerintah untuk mengikutsertakan wanita dalam pendidikan kepolisian.
Cabang Djawatan Kepolisian Negara untuk Sumatera di Bukittinggi mengabulkannya dengan melakukan seleksi untuk memberikan kesempatan wanita untuk menjadi polisi.
Saat itu terpilihlah enam wanita yang secara resmi resmi disertakan dalam pendidikan kepolisian pada tanggal 1 September 1948 di SPN Bukittinggi bersama 44 siswa laki-laki.
Keenam wanita itu adalah Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Sukotjo, Djasmainar, dan Rosnalia Taher.
Sayang, pendidikan enam polwan pertama ini diganggu oleh agresi militer II pada 19 Desember 1948.
Akibatnya pendidikan inspektur polisi di Bukittinggi dihentikan dan ditutup. Barulah setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, keenam polisi wanita ini elanjutkan pendidikan di SPN Sukabumi.
Selama pendidikan ke enam calon inspektur polisi wanita mendapat pelajaran mengenai ilmu-ilmu kemasyarakatan, pendidikan dan ilmu jiwa, pedagogi, sosiologi, psikologi, dan latihan anggar, jiu jit su, judo, serta latihan militer.
Barulah pada tanggal 1 Mei 1951 ke enam calon inspektur polisi wanita berhasil menyelesaikan pendidikan dan mulai bertugas di Djawatan Kepolisian Negara dan langsung ditempatkan di Komisariat Polisi Jakarta Raya.