Antara Angklung, Alat Musik, dan Nyi Sri Pohaci
RIAU24.COM - Angklung merupakan alat musik bernada ganda yang telah dikenal sejak abad ke-11.
Nama angklung berasal dari Bahasa Sunda yaitu angkleung-angkleungan dikutip dari liputan6.com.
Nama angklung terdiri dari dua suku kata yaitu angka yang berarti nada dan lung yang berarti pecah.
Asal-usul alat musik ini dimulai dari pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris.
Tak seperti alat musik tradisional lainnya yang ditiup atau dipukul, cara memainkan alat musik angklung dilakukan dengan digoyangkan atau digetarkan.
Bunyi pada angklung tersebut dihasilkan oleh benturan badan pipa bambu sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Masyarakat Sunda pada waktu itu memang mennggantungkan hidup dari menanam padi.
Kemudian muncul mitos Nji Sri Pohaci sebagai Dewi Sri pemberi kehidupan perenungan bagi masyarakat Sunda.
Masyarakat saat itu percaya, sosok Dewi Sri lah yang membantu mereka mengelola pertanian terutama pertanian sawah dan ladang.
Syair-syair lagu yang berkembang di masyarakat Sunda dianggap sebagai penghormatan dan persembahan kepada Nyi Sri Pohaci dan sebagai tolak bala agar bercocok tanam mereka tidak mendatangkan malapetaka.
Dalam perkembangannya syair lagu-lagu tersebut diiringi dengan bunyi tetabuhan yang terbuat dari batang-batang bambu yang dibuat sederhana yang kemudian dikenal dengan nama angklung.