Kisah Pencarian Panjang Untuk Seorang Putri Setelah Sabra dan Shatila
Pembantaian Sabra dan Shatila terus menyoroti penderitaan para pengungsi Palestina di Lebanon saat ini, yang kini berjumlah 479.000, menurut PBB.
Lebanon" src="https://www.aljazeera.com/wp-content/uploads/2022/09/IMG_8656-2.jpeg?w=770&resize=770%2C578" />
Sekitar 45 persen dari mereka tinggal di 12 kamp pengungsi di negara itu, yang menderita kepadatan penduduk, kondisi perumahan yang buruk, pengangguran, kemiskinan dan kurangnya akses ke layanan dasar dan bantuan hukum. Warga Palestina di Lebanon dilarang bekerja di sebanyak 39 profesi dan memiliki properti, dan menghadapi berbagai pembatasan lainnya.
“Hidup di kamp sangat sulit. Saya pikir jika Anda meminta semua orang, mereka semua ingin pergi. Kami masih membawa label 'pengungsi' dan sudah 74 tahun kami masih pengungsi,” kata Abu Rudeinah, yang keluarganya diusir dari kota Haifa pada tahun 1948.
“Negara Libanon juga tidak menginginkan kami, oke baiklah, jadi mari kita kembali ke tanah air kita, bayangkan akan kembali, dikelilingi oleh orang-orang sebangsa Anda. Impian kami sebelum mati adalah mengunjungi Masjid Al-Aqsha.”