Sejarah Gas Air Mata yang Awalnya Hanya Digunakan Sebagai Alat Perang
RIAU24.COM - Gas air mata diciptakan oleh ilmuwan Jerma pada akhir abad ke-19 untuk kebutuhan militer.
Gas air mata bukanlah gas, tetapi bubuk mikro yang ketika tersebar di udara menyebabkan air mata tidak terkendali, pernapasan terganggu, dan rasa sakit yang meningkat dikutip dari kompas.com.
Baik pasukan sekutu maupun Jerman, keduanya mempersenjatai gas air mata sebelum beralih ke serangan gas klorin dan mustard yang lebih mematikan pada musim semi 1915.
Ketika Pasukan Ekspedisi Amerika Serikat memasuki perang pada 1917, mereka juga mengadopsi penggunaan eksperimental gas air mata dan bahan kimia yang mematikan.
Setelah perang tidak ada lagi, ribuan tentara kemudian dinonaktifkan. Sayang situasi memburuk akibat gejolak ekonomi.
Hasilnya adalah lonjakan parah dalam agitasi tenaga kerja, termasuk banyak kerusuhan yang ditujukan pada orang Afrika-Amerika.
Penegakan hukum kemudian menuntut alat pengendalian massa yang tidak melibatkan penembakan warga sipil.
Gas air mata disadari oleh para veteran tentara dapat mengatasi dua masalah sekaligus yakni penggunaannya dapat dengan aman membubarkan para perusuh tanpa menggunakan kekerasan.
Serta produksinya yang berkelanjutan dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan.
Setelah diterapkan, penggunaan pertama dilakukan oleh Batalyon Kerusuhan Kota New York melakukan serangkaian tes dengan granat gas air mata.
Alhasil, polisi di seluruh AS akhirnya segera mengadopsi gas air mata sebagai bagian standar dari persenjataan mereka.
Beberapa tahun kemudian polisi di dunia juga ikut-ikutan menggunakan senjata ini untuk diterapkan ke orang-orang sipil.