Tak Peduli Ancaman AS, China Malah Beri Ultimatium: Jangan Cari Peluang untuk Dapat Keuntungan
RIAU24.COM - Beberapa waktu yang lalu Menteri Perdagangan (Mendag) Amerika Serikat (AS), Gina Raimondo, menyebut China sebagai ancaman yang muncul terhadap keamanan nasional, perusahaan, dan pekerja Amerika.
Tak terima disebut seperti itu, Kepala Kantor Urusan Luar Negeri Pusat Partai Komunis Tiongkok Wang Yi mengatakan bahwa posisi resmi China dalam konflik Ukraina adalah mendukung negosiasi untuk perdamaian.
Pernyataan ini disampaikannya dalam Konferensi Keamanan Munich 2023 di Jerman pada Sabtu lalu.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (20/2), Yi telah memperingatkan AS agar tidak memicu konflik di Ukraina, di mana Rusia saat ini sedang melanjutkan operasi militer khususnya.
"Sebagai kekuatan besar, AS harus berkontribusi pada solusi politik untuk krisis, tidak menambahkan bahan bakar ke api dan mencari peluang untuk mendapatkan keuntungan dari itu," kata Yi saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di sela-sela Konferensi Keamanan Munich 2023.
Menurutnya, China berpegang pada posisi konstruktif terkait krisis di Ukraina dan mendukung proses negosiasi.
"China tidak akan pernah mentolerir instruksi AS atau bahkan ancaman untuk menekan hubungan Rusia dan China," tegas Yi.
Ia sebelumnya mengatakan bahwa China akan menyusun dan menyajikan dokumen, di mana posisinya terhadap krisis Ukraina akan diuraikan pada akhir Februari ini.
"Mengenai masalah Ukraina, sikap China bermuara pada mendukung pembicaraan untuk perdamaian. Kami akan mengajukan makalah tentang posisi China dalam penyelesaian krisis politik Ukraina dan tetap teguh di sisi perdamaian serta dialog," papar Yi menggarisbawahi.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam siaran pers bahwa selama pembicaraan dengan Yi, Blinken 'memperingatkan tentang implikasi dan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia atau bantuan dengan penghindaran sanksi sistemik.'.
Ini terjadi setelah kantor media AS mengutip sumber tanpa nama yang mengatakan bahwa AS meyakini bahwa China mungkin memberikan bantuan militer tidak mematikan ke Rusia untuk digunakan di Ukraina.