Apakah Benar Perbedaan Warna Urine Menandakan Ginjal Bermasalah? Cek Faktanya di Sini
RIAU24.COM - Ginjal dan urine merupakan dua hal yang berkaitan. Banyak anggapa bahwa bedanya warna kencing menandakan ada masalah pada ginjal.
Walaupun warna urine dapat menunjukkan kondisi dalam tubuh, namun hal itu belum tentu menunjukkan seseorang memiliki penyakit ginjal.
Ginjal adalah bagian dari sistem kemih. Fungsi dari sistem ini adalah untuk menyaring darah dan membuat urine sebagai produk limbah.
Organ-organ sistem kemih di antaranya ginjal, pelvis ginjal, ureter, kantung kemih, dan uretra.
Ginjal dan sistem kemih membantu membuang limbah cair yang disebut urea dan menjaga keseimbangan kandungan kimia, seperti kalium, natrium, dan air.
Urea diproduksi ketika makanan yang mengandung protein, seperti daging, unggas, dan sayuran tertentu dipecah dalam tubuh. Ini kemudian dibawa dalam aliran darah ke ginjal dan dibuang bersama air dan limbah lainnya dalam bentuk urine.
Ginjal bertugas untuk menyaring air dan produk limbah dari darah ke urine. Protein dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh terlalu besar untuk masuk melalui saringan ginjal sehingga tetap berada di dalam aliran darah. Akan tetapi, ketika ginjal rusak, mereka tidak dapat menyaring sebagaimana mestinya.
Perbedaan Warna Kencing Tanda Ginjal Bermasalah?
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi, dr Jonny, SpPD-KGH, MKes, MM, DCN, FINASIM dari RSPAD Gatot Subroto menjelaskan keterkaitan antara penyakit ginjal dengan urine.
"Tanda bahwa di urine itu mengandung protein itu adalah berbusa. Warna kuning, putih, itu tergantung indeks cairannya cukup atau tidak. Jadi, belum bisa dilihat dari warna. Tetapi memang kalau orang yang ginjalnya terganggu dan kencingnya sedikit maka biasanya lebih kuning pekat," jelasnya melansir detikcom.
Ketika melihat busa di urine, ada baiknya melakukan pemeriksaan urine. Dengan begitu, dapat terlihat apakah ada protein di dalam urine atau tidak.
Jika ada, maka ginjalnya mulai terganggu. Pemeriksaan urine juga sebaiknya dilakukan oleh mereka yang memiliki riwayat kencing manis dan hipertensi. Kedua hal ini dapat menjadi faktor risiko terkena penyakit ginjal.
Berapa kali seseorang harus melakukan tes urine ini tergantung faktor risiko yang ada.
"Kalau ada faktor kencing manis dan hipertensi maka dia akan lebih sering dan tergantung juga usia. Apabila dia usianya 40 tahun ke atas dan tidak ada kencing manis atau hipertensi maka satu tahun saja cukup. Tetapi kalau ada, sambil control itu bisa diperiksa urinenya. Biasanya 6 bulan sekali. Kalau kronik bisa lebih sering," ungkapnya.
Untuk menjaga kesehatan ginjal, penting untuk mengonsumsi air putih yang cukup. Dokter menyarankan untuk minum 1 ml per kg berat badan per jam.
"Untuk bisa menghasilkan urine yang sehat, minum 1 ml/kg/jam. Artinya kalau berat badannya 120 kg tentu akan beda dengan yang 20 kg kebutuhan airnya. Jadi kebutuhan air tergantung beratnya juga. 8 gelas per hari itu kurang lebih 2000 cc itu mungkin rata-rata orang Indonesia berat badannya kalau 70 kg," pungkasnya.
(***)