Soal Isu Pembakaran Al-Quran, Denmark Ingin Berdialog dengan Negara-negara Muslim
RIAU24.COM - Pemerintah Denmark mengatakan pada hari Senin kemarin bahwa pihaknya mengamati deklarasi terbaru dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terkait serangkaian penodaan Al-Qur'an belakangan ini.
Denmark pun mengaku akan melanjutkan dialog erat dengan negara-negara mayoritas Muslim dari kelompok tersebut.
"Denmark mengutuk pembakaran Al-Quran yang terjadi baru-baru ini, dan sedang menjajaki kemungkinan intervensi dalam situasi khusus dalam kerangka kebebasan berekspresi Denmark," kata Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen di Twitter beberapa waktu lalu.
Mengeluarkan pernyataan setelah sesi Dewan Menteri Luar Negeri pada Senin kemarin, OKI telah "mengutuk keras" pembakaran Al-Quran di Swedia dan Denmark, dan "sangat menyesalkan" bahwa insiden ini terus dibiarkan pihak berwenang.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam, Pemerintah Denmark mengaku "akan menjajaki kemungkinan campur tangan dalam situasi khusus di mana, misalnya, negara, budaya dan agama lain dihina, dan di mana hal ini dapat menimbulkan konsekuensi negatif signifikan bagi Denmark, paling tidak yang berkaitan dengan bidang keamanan."
Tindakan pembakaran atau penodaan Al-Quran berulang kali dilakukan atau, setidaknya direncanakan, oleh tokoh atau kelompok Islamofobia, terutama di negara-negara Eropa utara dan Nordik.
Meski kecaman dan aksi protes meluas akibat hal tersebut, penodaan terhadap Al-Qur'an berlanjut pada hari Senin di Denmark dan Swedia.
Di Kopenhagen, ibu kota Denmark, anggota kelompok anti-Islam dan ultra-nasionalis Danske Patrioter (Patriot Denmark) telah membakar salinan kitab suci umat Islam di depan kedutaan Arab Saudi.
Sementara itu, Salwan Momika, seorang pengungsi Irak berusia 37 tahun yang tinggal di Swedia, membakar salinan Al-Quran lainnya di depan Parlemen Swedia dan menuntut agar Islam dilarang di negara tersebut.
(***)