Indonesia Bisa Dapat Untung dari Krisis Generasi Muda Korea, Loh Kok Bisa?
RIAU24.COM -Kores Selatan saat ini tengah menghadapi masalah sosial berupa krisis populasi.
Angka kelahiran di Negeri Ginseng itu turun drastis karena anak muda mereka menunda atau menyerah untuk menikah dan memilih anak.
Tercatat hanya ada 249 ribu bayi yang lahir pada 2022.
Pemerintah Korsel mengatakan, angka kelahiran tersebut menunjukkan penurunan sebesar 4,4 persen bila dibansingkan dengan 2022, melansir The Korea Herald.
Lima tahun belakangan, angka fertilitas di negeri K-Pop tetap berada di bawah angka satu.
Akibatnya, Korsel menjadi satu-satunya negara dengan tingkat kesuburan terendah dibandingkan negara anggota Organisasi Kerjasam Ekonomi dan Pembangunan (OECD) lainnya.
Professor and Head of Center for ASEAN-Indian Studies at the Institute of Foreign Affairs and National Security di Seoul, Choe Wongi mengakui bahwa krisis generasi muda ini adalah masalah besar yang tengah dihadapi Korea.
Meski begitu, kata dia, tantangan ini justru menghadirkan kesempatan baru bagi pekerja asing untuk datang ke Korea.
"Ada kesempatan besar untuk pertukaran pekerja antara Korea dan ASEAN," ujarnya dalam workshop bertajuk "Connecting Cultures: Unveiling the Power of South Korea's Public Diplomacy in Strengthening Seoul-Jakarta People-to-People Relations" yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation, pada Selasa (12/9/2023).
Dia mencontohkan, banyak universitas di Korea Selatan yang menawarkan program vokasi.
Hanya saja, rendahnya angka kelahiran membuat populasi generasi muda Korea tergerus.
Akibatnya, banyak kampus yang kesulitan mendapat mahasiswa baru.
Di sinilah, kata Profesor Choe, kesempatan yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk masuk mengikuti program vokasi di Korea Selatan.
Adapun sektor kerja sama yang menjadi prioritas Korea Selatan saat ini antara lain energi terbarukan dan ekonomi digital.
"Dan prospeknya juga sangat menjanjikan," tambah Profesor Choe.
Dalam kesempatan yang sama, Jaeyeon Moon, jurnalis di Hankook Ilbo Media Group, menambahkan bahwa krisis generasi muda membuat masyarakat Korea bertransformasi menjadi digital society.
Semakin banyak teknologi Artificial Intelligence (AI) dimanfaatkan oleh industri manufaktur.
Meski begitu, tetap saja, masih banyak sektor yang membutuhkan sentuhan manusia.
Karena itu, Moon juga setuju bahwa Korea dan Indonesia bisa mempererat relasi diplomatik mereka lewat pertukaran pekerja untuk program vokasi.
Kerjasama ini bisa menjadi solusi yang sama-sama menguntungkan untuk kedua negara.***