Curhat Aurel Sedih Kena Body Shaming Pasca Jadi Ibu, ASI Mendadak 'Seret'
RIAU24.COM - Publik figur Aurel Hermansyah baru-baru ini buka-bukaan soal dirinya kerap menjadi korban body shaming pasca menikah dan menjadi seorang ibu.
Dirinya tak habis pikir dengan komentar jahat yang sering dilontarkan sejumlah netizen.
Terlebih, beberapa netizen menyinggung bobot tubuhnya yang dinilai naik drastis dibandingkan sebelum menikah dan memiliki anak. Kesedihannya tak bisa dihindari saat mengetahui banyak di antara hujatan datang dari sesama perempuan.
"Kenapa ya orang-orang itu pada jahat dan suka banget body shaming? Yang mirisnya adalah yang ngomong sesama perempuan," curhatnya dalam akun Instagram pribadi, Minggu (7/12/2023).
"Memang sekarang aku gendut, karena baru saja melahirkan satu bulan yang lalu, kalau aku mau egois dari awal melahirkan aku nggak usah kasih ASI anak, langsung saja diet, tapi nggak gitu," sambungnya.
Aurel yang baru saja dikaruniai anak kedua, bahkan mengungkapkan bagaimana komentar body shaming berdampak pada produksi ASI-nya beberapa hari belakangan.
"Jujur aku sedih banget sampai liburan kemarin ASI aku berkurang. Yang di mana dulu ketika aku liburan, ASI aku melimpah ruah, karena apa? Mungkin tanpa aku sadarin aku mikirin cacian kalian," beber dia.
"Banyak yang bilang aku kayak ibu-ibu sekarang, ya memang aku sekarang sudah menjadi ibu dari dua anak, menurutku semua perempuan cantik, tapi kenapa masih saja ada orang yang jahat bisa banget ngomong begitu," tuturnya.
Berkaca pada apa yang dialami Aurel, dokter spesialis anak dan konselor laktasi dr Jeanne-Roos Tikoalu, Sp.A, IBCLC, CIMI sebelumnya sempat mengatakan kondisi stres pada ibu menyusui memang bisa mempengaruhi tingkat kelancaran ASI. Disebut akan berkurang, bahkan tidak dapat mengalir dengan lancar.
Ketika bayi mengisap ASI, akan ada sinyal sensoris ke otak ibu dan merangsang keluarnya hormon prolaktin dan hormon oksitosin yang selanjutnya akan masuk ke dalam aliran darah. Jeanne-Roos mengatakan hormon oksitosin berfungsi untuk membantu kontraksi otot, sementara prolaktin untuk membantu produksi ASI.
"Kondisi ini (ASI tidak lancar) bisa dipengaruhi oleh stres, dalam hal ini terutama hormon oksitosin. Makanya kita mengenal hormon oksitosin sebagai love hormone. Produksi ada, kalau kontraksi tidak jalan, maka ASI tidak bisa keluar," kata Jeanne-Roos, beberapa waktu lalu.
Pengaruh kondisi stres dapat terjadi misalnya pada saat ibu memasuki periode menyusui. Pada saat itu, ibu merasa payudara sudah terisi penuh oleh ASI namun cairan tak kunjung keluar dalam jangka waktu lama.***