Beberapa Saat Sebelum Petinggi Hamas Ismail Haniyeh Terbunuh di Iran
RIAU24.COM - Pemimpin politik tertinggi Hamas Ismail Haniyeh telah tewas dalam serangan Zionis yang berbahaya, menurut Garda Revolusi paramiliter Iran (IRGC).
Berita yang pecah pada Rabu pagi (31 Juli) akan mengubah arah konflik Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Timur Tengah.
IRGC juga mengonfirmasi kematian salah satu pengawal Haniyeh yang juga tewas dalam penggerebekan itu.
Tapi apa hubungannya IRGC dengan pemimpin kelompok Palestina Hamas, Haniyeh?
Itu karena Ismail Haniyeh berada di Iran ketika dugaan pembunuhan itu terjadi.
Dia berada di ibu kota Teheran pada hari Selasa, menghadiri upacara pelantikan presiden baru negara itu, Masoud Pezeskhian.
"Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, dihantam di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya menjadi martir," kata situs berita IRGC Sepah.
Terdapat video Haniyeh beberapa saat sebelum serangan di Iran, memeluk presiden Iran yang baru Pezeskhian, yang menggantikan presiden kedelapan Iran Ebrahim Raisi baru-baru ini tewas dalam kecelakaan helikopter pada Mei 2024.
Haniyeh juga bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei di kediaman resminya.
Upacara pengambilan sumpah juga dihadiri oleh India, di mana Menteri Transportasi Uni Nitin Gadkari mewakili negara di acara tersebut.
Hamas juga telah mengkonfirmasi kematian Haniyeh dan mengatakan bahwa serangan udara Israel menewaskan pemimpin Hamas, tetapi Garda Revolusi paramiliter Iran mengatakan sedang menyelidiki serangan itu dan tidak mengatakan bagaimana itu terjadi.
Haniyeh ditunjuk untuk jabatan tertinggi Hamas pada 2017, menurut laporan.
Dia bergerak antara Turki dan ibu kota Qatar Doha, melarikan diri dari pembatasan perjalanan Jalur Gaza yang diblokade, bertindak sebagai negosiator dalam pembicaraan gencatan senjata dengan Israel dan berpartisipasi dalam pembicaraan dengan sekutu Hamas, Iran.
Haniyeh bergabung dengan Hamas pada tahun 1987 ketika kelompok itu didirikan di tengah pecahnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan, melawan pendudukan Israel, yang berlangsung hingga tahun 1993.
Menurut Hamas, seperti dilansir Reuters, tiga putra Haniyeh Hazem, Amir, dan Mohamma tewas pada 10 April ketika serangan udara Israel menghantam mobil mereka.
Selain itu, empat cucunya, tiga perempuan dan satu laki-laki, juga tewas dalam serangan itu.
(***)