Gedung Putih Menyetujui Paket Senjata Senilai 20 Miliar Dolar untuk Israel di Tengah Ancaman Perang Iran
RIAU24.COM - Gedung Putih telah menyetujui 20 miliar dolar jet tempur dan peralatan militer lainnya untuk Israel karena perang yang sedang berlangsung dengan Gaza berhenti berakhir dengan Iran mengancam konflik lain.
Menurut Pentagon, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyetujui penjualan lebih dari 50 jet dan peralatan F-15 senilai hampir $ 19 miliar termasuk $ 774 juta dalam kartrid tank, $ 60 juta dalam kartrid mortir peledak dan kendaraan tentara senilai $ 583 juta.
Namun, pengiriman peralatan tersebut tidak akan dimulai selama bertahun-tahun.
"Amerika Serikat berkomitmen untuk keamanan Israel, dan sangat penting bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Israel mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang kuat dan siap. Penjualan yang diusulkan ini konsisten dengan tujuan tersebut," kata Departemen Luar Negeri dalam rilis tentang penjualan tersebut.
Khususnya, kontrak untuk jet f-15 tidak hanya akan mencakup penjualan tetapi juga kit peningkatan bagi Israel untuk memodifikasi armada jet tempur yang ada.
Pengiriman pertama diharapkan pada tahun 2029.
Menteri Pertahanan Israel Yoav beranilah berterima kasih kepada pejabat Gedung Putih atas pengumuman itu dan bersumpah untuk tetap berkomitmen pada hubungan AS-Israel.
Sejak dimulainya perang, AS telah mengirim Israel lebih dari 10.000 bom seberat 2.000 pon yang sangat merusak dan ribuan rudal Hellfire menjadikannya pemasok senjata sekutu terbesar.
AS memobilisasi kapal perang, kapal selam dan jet tempur
AS dalam beberapa pekan terakhir telah mengumumkan rencana mengerahkan kapal perang angkatan laut, kapal selam rudal dan jet tempur di Timur Tengah untuk melindungi Israel dari pukulan tiga kali lipat Iran, Hizbullah dan Hamas.
Menurut Pentagon, Menteri Pertahanan Llyod Austin berbicara dengan mitranya dari Israel awal pekan ini dan juga mengatakan kepada kelompok pemukul kapal induk USS Abraham Lincoln untuk berlayar lebih cepat ke daerah tersebut.
Israel telah mengantisipasi serangan balasan yang dapat meningkat menjadi perang setelah pembunuhan berturut-turut terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Sementara itu, Washington sangat waspada setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan membalas darah Haniyeh adalah 'tugas' mereka dan bersumpah akan membalas dendam terhadap Israel.
"Rezim Zionis kriminal dan teroris membuat tamu tersayang kami mati syahid di rumah kami dan membuat kami berduka," kata Khamenei.
"Kami menganggap itu adalah tugas kami untuk membalas darahnya dalam insiden pahit dan sulit yang terjadi di wilayah Republik Islam ini," tambahnya.
(***)