Geger Pasutri 10 Kali Pesta Swinger di DKI-Bali, dr Boyke Singgung Pemicu Fantasi Seks
RIAU24.COM - Geger kasus pasangan suami istri yang membuka pesta swinger di DKI Jakarta hingga Bali. IG (39) dan KS (39) membuat sebuah website berisi komunitas seks swinger atau pertukaran pasangan dengan belasan ribu anggota.
Website yang dikelola pasutri tersebut diidentifikasi polisi dengan situs bernama s****.com. Berdasarkan pemeriksaan, polisi melihat sedikitnya dua motif di balik penyelenggaraan pesta swinger.
"Yang bersangkutan motif yang pertama adalah motif hasrat seksual. Jadi dari salah satu pasangannya, yang selalu berfantasi, tidak bisa untuk melakukan hubungan seksual layaknya seorang dewasa jika tidak ada orang lain," beber Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya Kombes Roberto Pasaribu, pada Minggu (12 /1).
Di sisi lain, pasutri tersebut mengaku mendapatkan keuntungan ekonomi dari adsense hasil mengunggah konten pesta swinger pada website terkait.
"Jadi dia hanya menggunakan, tidak menjual per konten. Setiap orang yang melakukan streaming itu mendapatkan dari Google Advertising, itu masih dalam perhitungan kita saat ini, karena menghitungnya dari tawaran," ujar dia.
Mengapa Ada yang Berfantasi Swinger?
dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, menyebut swinger termasuk bentuk penyimpangan seksual. Pakar seks tersebut menjelaskan pasutri yang melakukan penyimpangan semacam ini akan merasa senang bila melihat pasangan mereka melakukan hubungan seks dengan orang lain.
"Swinger itu adalah pesta sebuah penyimpangan seksual, di mana seseorang mendapatkan kenikmatan seks dengan melakukan seks beramai-ramai. Ada lima atau enam orang, itu bertukar-tukar pasangan," beber dr Boyke kepada detikcom, Senin (13/1/2025).
"Kadang pria itu senang melihat istrinya berhubungan seks dengan orang lain, dia merasakan sensasi yang berbeda. Dia melihat orang lain menikmati istrinya, itu juga penyimpangan seksual (Senang melihat) orang yang kita suka berhubungan seks dengan orang lain," imbuhnya.
Fantasi seks sebetulnya wajar dialami sejumlah orang, selama tidak dilakukan dalam dunia nyata. Terlebih, bila fantasi tersebut sebetulnya bertentangan dengan nilai adat serta budaya.
"Kalau fantasi seks itu tidak dilakukan. Seseorang boleh-boleh saja berfantasi, tapi fantasi itu tidak dilakukan, Berfantasi diperkosa beramai-ramai, boleh saja dan biasanya itu dialami orang-orang yang kurang diperhatikan. Tapi merawatnya, hati nuraninya, masih mengatakan (fantasi) itu tidak mungkin (dilakukan)," beber dr Boyke.
"Belum lagi bahayanya mulai dari penularan HIV, gonore, herpes, klamidia," pungkasnya.
Seseorang dengan penyimpangan seksual disarankan dr Boyke untuk segera melakukan konsultasi dengan profesional, demi menghindari kejadian yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. ***