Presiden Amerika dan Iran Bakal Bertemu, Israel Malah Khawatir
RIAU24.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan segera bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani. Rencana pertemuan ini ternyata membuat khawatir para pejabat Israel.
Kekhawatiran utama Israel adalah kesulitannya untuk menekan Presiden Trump untuk memasukkan kondisi yang mereka anggap penting dalam setiap kesepakatan nuklir AS-Iran di masa depan.
Para pejabat Israel mengatakan kemungkinan Rouhani bertemu dengan Trump sebelum sanksi dicabut dapat dipandang sebagai kepatuhan Iran.
Teheran secara konsisten menuntut agar sanksi yang diberlakukan kembali oleh Trump setelah ia menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 dicabut sebelum kemajuan pembicaraan dapat dibuat.
Para pejabat Israel khawatir bahwa Trump akan bersikap seperti yang ia lakukan dengan Korut, memberikan kepercayaan lebih pada pertemuan para pemimpin yang sebenarnya, yang kemudian akan diikuti oleh nada yang lebih ringan dalam pernyataan publik.
Para pejabat Israel memperingatkan hubungan khusus negara Zionis itu dengan presiden AS dapat menjadi penghalang, seandainya Trump mencapai kesepakatan baru dengan Iran yang tidak memasukkan unsur-unsur penting bagi Israel.
Unsur-unsur penting itu seperti mengakhiri program rudal Teheran dan dukungan berkelanjutannya untuk terorisme dan ekstremis di Timur Tengah.
Para pejabat itu mengatakan Israel akan berada pada posisi yang kurang menguntungkan untuk memberikan tekanan pada presiden yang telah memberikan banyak isyarat dan manfaat bagi Negara Yahudi itu. "Kami mengerti Iran tidak akan hilang begitu saja," kata pejabat itu.
"Israel ingin mengakhiri program nuklir Iran," imbuhnya seperti dikutip dari media Israel, Ynet, yang dikutip sindonews, Rabu (28/8/2019).
Meski begitu ia mengaku relatif tenang karena Trump mendapat saran dari Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan penasihat keamanan nasionalnya John Bolton. Keduanya menganjurkan kebijakan yang sangat hawkish terhadap Iran.
Pejabat itu mengungkapkan Israel akan lebih memilih dimulainya kembali perundingan yang tidak diajukan sekarang, karena sanksi yang diberlakukan AS terhadap Iran bekerja dan beberapa bulan lagi, menurut pandangannya, telah membuat Teheran menyadari perlunya kompromi. Sekarang tidak lagi mungkin.***