Sukses Jadi Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat Nasional, Dua SMP Negeri Siak Raih Adiwiyata Mandiri
RIAU24.COM - SIAK- Dua Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Siak, masing - masing SMPN 1 Mempura dan SMPN 5 Kandis, menerima penghargaan Adiwiyata Mandiri Tahun 2019 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
zxc1
Penghargaan diserahkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada Kepala SMPN 1 Mempura Winda Harniati dan Kepala SMPN 5 Kandis Yeni Irdayati, dan disaksikan Bupati Siak Alfedri di Auditorium Dr. Ir. Soedjarwo, Gedung Manggala Wanabakti di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Jum'at (13/12/2019).
"Saya sampaikan tahniah kepada dua sekolah peraih Adiwiyata Mandiri tahun ini, yang membanggakan kita semua masyarakat Kabupaten Siak. Sebagaimana kita ketahui, Adiwiyata Mandiri adalah penghargaan bagi sekolah dengan metode pengajaran berwawasan lingkungan, memiliki nilai maksimal yang ada di dalam aplikasi, kemudian sekolah juga harus dan sudah melewati tahapan adiwiyata mulai kabupaten, provinsi dan nasional," kata Alfedri.
zxc2
Anugerah Widiyata Mandiri 2019 ungkapnya, disampaikan setelah proses penilaian Calon Sekolah Adiwiyata Nasional (CSAN) dan Calon Sekolah Adiwiyata Mandiri (CSAM) Tahun 2019 selesai dilaksanakan.
"Berdasarkan proses tersebut telah ditetapkan sejumlah 333 Sekolah Adiwiyata Nasional dan 101 Sekolah Adiwiyata Mandiri berhak mendapatkan Penghargaan Adiwiyata Nasional dan Adiwiyata Mandiri Tahun 2019. Alhamdulillah dua diantaranya SMPN 1 Mempura dan SMPN 5 Kandis," jelas Alfedri.
Selain Penyerahan penghargaan Adiwiyata Nasional dan Adiwiyata Mandiri Tahun 2019, dalam kegiatan itu juga diselenggarakan kegiatan Talkshow dan Pameran Inovasi dan Kreasi Generasi Muda dalam Menjaga Bumi, dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sementara itu Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Slamet Riyadi menyebut grafik perolehan Adiwiyata dalam tujuh tahun terakhir sejak Tahun 2013 terus meningkat, baik untuk kategori Adiwiyata Kabupaten, Provinsi, Nasional, maupun Mandiri.
“Jumlah keseluruhan Sekolah Adiwiyata untuk tingkat Kabupaten saja totalnya 113 sekolah, Adiwiyata Kabupaten 72 sekolah, Adiwiyata Nasional 23 sekolah, dan Adiwiyata Mandiri 3 sekolah, dan jumlahnya terus mengalami peningkatan. Untuk tahun ini saja, jumlah sekolah yang ditetapkan sebagai sekolah Adiwiyata Mandiri ada dua, yaitu SMPN 1 Mempura dan SMPN 5 Kandis,” kata Slamet.
“Sebelum bersaing memperoleh status Adiwiyata Mandiri, harus bersaing meraih Adiwiyata Nasional dulu. Misalnya SMPN 1 Mempura sudah memperoleh Adiwiyata Nasional pada tahun 2015 dan SMPN 5 Kandis pada tahun 2017 yang lalu,” jelasnya.
Kepala SMPN 5 Kandis Yeni Irdayati menceritakan perjalanan sekolah yang dipimpinnya dalam meraih Adiwiyata Mandiri pada tahun ini. Yeni menceritakan, awalnya SMPN 5 Kandis memperoleh Adiwiyata Kabupaten pada Tahun 2014 dan Adiwiyata Provinsi pada tahun 2015, lalu status raihannya meningkat menjadi Adiwiyata Nasional pada tahun 2017.
“Alhamdulillah tahun ini bisa meraih Adiwiyata Mandiri. Terimakasih kepada seluruh majlis guru yang telah bekerjasama menerapkan inovasi pembelajaran berbasis pelestarian lingkungan, yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran. Ucapan terimakasih juga kepada para siswa yang turut aktif dan antusias dalam pembelajaran mendaur ulang barang bekas menjadi sesuatu yang berguna, seperti daur ulang limbah sawit dan kotoran ternak menjadi pupuk organik, dan pembelajaran prosedur teks dan deskriptif Bahasa inggris dengan berbagai tema seputar lingkungan,” sebut Yeni.
Sementara Winda Harniati, Kepala SMPN 1 Mempura juga menceritakan bahwa sekolah yang dipimpinnya telah menorehkan prestasi Adiwiyata Nsional pada tahun 2015 lalu dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
“Untuk meraih prestasi Adiwiyata Mandiri, sebagai kategori tertinggi dibidang ini, sekolah harus melaksanakan berbagai Program Sekolah Adiwiyata. Setidaknya ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan, diantaranya kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan,” jelas Winda. (R24/Lin)